Jumatan di Masjid Nabawi: Mati Bukan Akhir tapi Awal; Liputan Ichwan Arif co-editor PWMU.CO dari Tanah Suci.
PWMU.CO – Syekh Dr Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim dalam pesan kutbah Jumat di Masjid Nabawi Madinah, mengatakan Allah SWT memberikan karunia itu adalah kehendak-Nya.
“Siapa yang diberi itu adalah hak Allah. Siapa yang memberi dan siapa yang sesat. Itu adalah kehendaknya-Nya,” katanya, Jumat (28/7/22), seperti diterjemahkan Anas Thohir.
Dia memaparkan, Allah menjadikan dunia ini bukan tujuan hidup. Tapi mati adalah tujuannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Mulk ayat 2: Yang menjadikan hidup dan mati supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun.
Tujuan Hidup
Syekh Abdul Muhsin mengatakan tujuan diberikan kehidupan adalah agar kita dapat diketahui mana dari mereka yang baik awalnya.
“Tentu saja memberikan mati yang akhirnya kembali ke kehidupan akhirat,” katanya.
Hal ini seperti yang disampaikan Allah dalam Surat an-Anbiya ayat 35, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Dia menegaskan dalam ayat ini mengisyaratkan kehidupan ini adalah sementara karena harus mati. Mati bukanlah akhir, tetapi awal dari pertanggungjawaban.
Bermegah-megahan
Syekh Abdul Muhsin lalu menerangkan dalam surat at-Takasur ayat 1-8, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahiim. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
“Usia manusia itu antara 60-70, maka segera taubat dan sadar untuk minta ampunan kepada Allah SWT. Kita harus bisa menggunakan waktu dengan baik,” ungkapnya.
Maka, lanjutnya, kita harus bisa menggunakan lima waktu sebelum datangnga waktu. Waktu muda sebelum tuamu, waktu sehatmu sebelum sakitmu, waktu kaya sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.
“Untuk itu, marilah kita mencari ampunan, taubat semoga Allah memasukkan kita dalam surga-Nya,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni