Langkah Terapi
Afif menegaskan tiga langkah yang akan mereka lalui. “Langkah pertama berdoa, langkah kedua membuang hal negatif, dan langkah ketiga memasukkan percaya diri dan impian,” paparnya.
Mereka akhirnya diminta membayangkan apa yang mereka genggam di tangan kiri “Sekarang bayangkan hal negatif yang ingin dibuang dalam tubuh. Contoh, Tuhan, saya malas, mager, kecanduan game online. Saya nggak pede, nggak nurut sama orangtua. Bisa jadi negatif itu ada di diri kamu jadi kamu malas belajar,” imbuhnya.
“Dengan membayangkan saja tubuh kamu semakin sehat, damai, dan segar. Abaikan teman yang mengganggu, karena sukses bersama-sama itu luar biasa! Itu membuat prestasi kamu semakin meningkat, selamanya, dan seterusnya.”
Kemudian siswa diminta membayangkan hal yang tangan kanannya genggam itu rasa percaya diri dan harapan, yang mau dimasukkan ke tubuh. “Bismillahirrahmanirrahim, nanti kamulah yang menghajikan orangtuamu dan kamu lebih sukses. Yang belum pintar akan semakin pintar karena percaya diri,” tuturnya.
“Sekarang bayangkan yang kanan masuk di tubuh Anda. Contohnya saya ingin sukses. Anda bisa merasakan Tuhan dekat dengan Anda,” lanjutnya.
Dia meminta, “Ulangi berulang-kali hingga Anda merasa damai dan segar. Setelah selesai, tolong berdoa. Tuhan saya ingin ini, kabulkan. Kabulkan ya Allah. Yang doanya tulus setelah ini pasti lebih percaya diri.”
Di tengah proses terapi, Afif juga mengenalkan mental ‘tidak pernah hitung berapa kali jatuh, tapi hitung berapa kali bangkit’.
Afif minta siswa berjanji kepada Allah dengan cara mengucap janji yang diakhiri dengan minta dibantu seperti ini, “Tuhan, saya berjanji saya shalat lima waktu selamanya dan seterusnya. Saya janji tidak akan bolong shalatnya. Bantu saya.”
Sambil tetap memejamkan mata, Afif meminta siswa berdiri dan mengangkat tangan kanannya ketika mengucap janji-janji lainnya. “Tuhan, saya berjanji bisa menjadi anak berprestasi. Tuhan, saya janji mendoakan orangtua saya. Bantu saya Tuhan,” tambahnya berulang kali.
Menyadari para siswa tangis sebagian siswa semakin keras, Afif mengingatkan, “Jangan menangis berlebihan karena mengganggu konsentrasi Anda.”
Baca sambungan di halaman 3: Sugesti Penutup