Makan Kerayahan
Sementara itu, penayanganvideo kilas balik memperlihatam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Mimsagum dari tahun ke tahun. Para siswa terlihat antusias menyaksikan video yang diputar.
Serangkaian acara milad ditutup dengan makan bersama. Ibu guru dan anggota Ikwam menyulap aula Mimsagum layaknya rumah makan lesehan. Aneka menu makanan sudah tersedia dibeber dia daun pisang, yang menambah sedapnya makanan. “Bancaan kerayahan (bersama) namanya, biar berkah,” kata Etty Listianah, Koordinator Ikwam Mimsagum.
Anak-anak pun berbaris rapi memanjang dan menghadap hidangan yang sudah disiapkan. Begitu juga dengan anggota ikwam dan para guru. Dengan ucapan basmalah dan doa sebelum makan, mereka pun siap menyantap makanannya.
“Suasana suka-cita tergambar jelas di acara perdana perayaan milad Mimsagum kali ini. Gelak tawa, senda gurau dan kebersamaan antara siswa, guru, dan Ikwam semuanya sangat mengesankan,” ucapnya.
Sejarah Mimsagum
Kepada PWMU.CO, Lisminah menceritakan sejarah berdirinya Mimsagum. Diawali sekitar tahun 1950-an berdiri Madarasah Diniyah Muhammadiyah di Desa Gumeno untuk belajar mengajar. Waktunya di sore hari dan bertempat di surau panggung.
Madarasah Diniyah Muhammadiyah tersebut dibimbing oleh H Turmudzi dan KH Abu Amar. Setelah beberapa tahun, siswa Madrasah Diniyah Muhammadiyah bertambah, sehingga timbullah gagasan untuk menjadikan madrasah diniyah tersebut menjadi SD Muhammadiyah.
Setelah SD Muhammadiyah berjalan beberapa tahun, pimpinan Muhammadiyah setempat berkeinginan mempunyai sekolah yang memiliki pendidikan agama lebih banyak dibandingkan dengan sekolah yang lain.
Lalu, muncul kembali pemikiran menjadikan SD Muhammadiyah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah. “Akhirnya, terwujudlah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 1 Gumeno tersebut pada tahun 1965,” ungkap guru yang mengabdi sejak tahun 1982 itu.
Selamat (*)
Editor Mohammad Nurfatoni