PWMU.CO – Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPK PDM) Bojonegoro mengadakan Baitul Arqom, di Aula RSI Muhammadiyah Sumberrejo, Bojonegoro, Ahad (19/2) kemarin. Perkaderan yang memasuki putaran keenam ini diikuti oleh 70 peserta. Mereka berasal dari unsur Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sumberrejo dan Kanor, Pimpinan AUM tingkat cabang, dan Ortom tingkat cabang.
Sekretaris PDM Bojonegoro Khudlori MSi menyampaikan, ada 5 (lima) kualitas yang harus dimiliki oleh kader Persyarikatan. Yakni integritas, kemampuan managerial, mempunyai pemahaman keagamaan yang memadai, dan ada waktu yang cukup untuk mengelola Muhammadiyah, serta ada komitmen dalam ber-Muhammadiyah.
(Baca: 3 Kunci Membangun Soliditas Gerakan Muhammadiyah dan Sekda Lamongan Rasakan Manfaat Ikut Baitul Arqam)
Selain itu, lanjut Khudlori ada beberapa sebutan atau kriteria kader Muhammadiyah. Yakni simpatisan, anggota dan aktivis. Khudlori lantas menjelaskan yang dimaksud dengan simpatisan. Yakni, orang-orang yang simpatik, cinta, menyukai gerakan dan usaha Muhammadiyah, dan senantiasa mendukung kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. Akan tetapi tidak mau menjadi anggota. Sementara itu, anggota adalah orang yang simpati pada Muhammadiyah dan bersedia menjadi anggota Muhammadiyah. Akan tetapi tidak bersedia menjadi pimpinan.
Sedangkan kreteria aktivis, yaitu orang yang bersedia menjadi ujung tombak perjuangan Muhammadiyah, menjadi pelaksana dalam kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. ”Mereka ini adalah seorang simpatisan, anggota, yang juga aktif menjadi penggerak dan inti dari sebuah Persyarikatan,” ujarnya.
Ia pun mengungkapkan ada beberapa anggota maupun pimpinan yang mengeluhakan adanya krisis kader. Khudlori menegaskan bahwa ada 3 penyebab terjadinya krisis kader. Pertama media pengkaderan yang dirasa belum optimal. ”Kemudian kedua dan ketiga, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang belum didukung oleh tenaga kader-kader Muhammadiyah, serta belum berfungsinya saluran-saluran kaderisasi,” tandasnya. (suprapto/aan)