Pelajaran Penting
Bagi Ary Resmyanthie Binti Riswanto (46) jamaah haji dari KBIH Baitul Atiq Gresik, ziarah ke tempat ini adalah kali kedua baginya. “Setiap ziarah ke Jabal Uhud saya selalu sempatkan ziarah ke makam para syuhada, sahabat Nabi yang gugur,” ujar Ary, sapaan akrabnya.
Ary menuturkan Perang Uhud menyimpan cerita heroik dan juga pelajaran penting. Baginya ada satu benang merah yang bisa diambil dari sejarah Perang Uhud ini. Yaitu ketidaktaatan pasukan pada pemimpinnya. Kalau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini akan berakibat pada banyak hal.
Dalam perang tersebut kekalahan kaum Muslimin—yang berakibat rontoknya gigi Rasulullah disertai robeknya baju zirah (baju perang)nya—disebabkan oleh daya tarik duniawi yang menggoda sebagian besar pasukan pemanah yang telah Nabi SAW tugaskan untuk tidak meninggalkan pos-nya di sebuah bukit.
Hal itulah yang menjadi penyebab kekalahan telak pasukan kaum Muslimin karena tergoda banyaknya harta ghanimah yang sudah ditinggalkan musuh, yang sebenarnya hampir kalah itu.
“Peristiwa kekalahan kaum Muslimin dalam Perang Uhud harus kita jadikan pelajaran,” ujar Ary. Penyebab utama kekalahan dalam perang tersebut dikarenakan pasukan tidak taat pada pemimpin serta serbuan nafsu duniawi, telah menjadi contoh kerusakan fatal pada kehidupan beragama seseorang.
Baginya setiap jejak sejarah yang dikunjungi, ada rasa takjub, juga ada imajinasi kilas balik atau flashback kehidupan masa lalu. Menurutnya kaum muslim harus melek sejarah agama (Islam). Agama tidak butuh kita, tapi kitalah yang butuh dengan agama.
Perjuangan Islam
Sedangkan bagi Faishol Safawi (46), jamaah KBIH Baitul Atiq Gresik yang berasal dari Dusun Dukuh Desa Bungah Gresik, pelajaran yang bisa dipetik dari ziarah ke Syuhada Uhud adalah bahwa perjuangan mempertahankan Islam sungguh berat. Medannya yang sangat berat. Pengorbanan para Syuhada dalam berjihad sungguh luar biasa.
Adapun kekalahan kaum Muslimin dalam Perang Uhud ini, karena tidak patuh pada perintah Rasulullah SAW, tergiur harta ghanimah. “Kemenangan di depan mata belum tentu diperoleh jika tidak taat pada Allah SWT dan Rasulullah SAW,” ujarnya.
Paman Nabi SAW, yaitu Hamzah Bin Abdul Muthalib, gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud, termasuk 70-an sahabat para penghafal Qur’an.
Bagi Faishol, dengan datang ziarah ke Jabal Uhud, bisa semakin menambah keimanan, ainul yaqin bahwa peristiwa perang Uhud itu benar terjadi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni