Kematian Datang Lagi
Ahad (31/7/2022) pukul 16.30 seorang pasien datang. Kemudian petugas menempatkan di tempat tidur di samping kananku. Kebetulan pasien yang sebelumnya berpindah kamar ke ruang bersalin. Pasien itu datang dengan putrinya saja. Si ibu datang dengan marah-marah dan membolak balikkan badannya, menahan sakit. Sementara si puteri tak banyak melakukan sesuatu. Selain duduk menunggu di sebelah ibunya.
Reaksi si ibu menjadi tontonan pengunjung rumah sakit. Karena bagaimanapun dia mengeluarkan suara keras memecahkan keheningan ruangan. Pukul 18.00, saudara-suadaranya datang. Mereka membaca Surat Yasin bersama-sama. Aku kembali berpikir, kok dingajikan? Apakah waktunya si ibu sudah dekat?
Betul saja. Pukul 18.20 si ibu menghembuskan napas terakhir. Pecahlah suara tangis. Termasuk suara adik perempuannya yang dari sore mencarinya tapi tidak ketemu.
“Sengkok nyareh been Yu, ke depor, ke teres, been tadek. Deddeih been ke rumah sakek mateh edinnak Yu? (Aku mencarimu Mbak, ke dapur, ke teras, kamu gak ada. Jadi kamu ke rumah sakit dan meninggal di sini),” ucapnya dalam bahasa Madura.
Seseungguhnya setiap makhluk akan menjumpai maut (al-Ankabut 57). Kita tidak tahu kapan, di mana, dan bagaimana. Tugas kita hanyalah menyiapkan bekal kematian dari sekarang sebanyak-banyaknnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni