Menikmati Kecanggihan Museum Nabi Muhammad di Madinah: Liputan Ichwan Arif co-editor PWMU.CO dari Tanah Suci.
PWMU.CO – Jarak Taj Ward Hotel Madinah tempat saya tinggal dengan Museum Nabi Muhammad SAW sekitar 300 meter. Selasa (2/8/22), tepat pukul 09.15, saya mengunjunginya bersama kontributor PWMU.CO Kemas Saiful Rizal.
Walaupun terhitung masih pagi, terik matahari selaksa jam 12.00 di Indonesia. Panasnya sangat terasa. Jalanan beraspal seakan mengeluarkan uap.
Museum ini terletak di sebelah Masjid Nabawi. Penampakan muka museum berbeda dengam bangunan yang ada di sebelah kanan kirinya.
Bagian depan tampat menghijau. Bukan hijau karena warna cat, tetapi ditempeli rumput sintetik sehingga terkesan adem. Di bagian tengah secara menyilang terdapat garis kuning yang menambah estetik bangunan ini. Di bagian atas museum terdapat tulisan Arab dan bahasa Inggris yang menjadi label penamaan bangunan.
Ketika memasuki area museum, saya langsung menuju loket penjualan tiket masuk. Oleh petugas, kami disarankan untuk menunggu 30 menit terlebih dahulu, sambil menunggu jadwal tour guide berbahasa Indonesia yang akan mendamping saat masuk museum.
Sekitar pukul 10.00, kami ke loket untuk membeli dua tiket seharga 27 Riyal Aran Saudi (RAS). Setelah menerima tiket, kami diarahkan ke ruang tunggu di bagian dalam museum.
Ketika kaki masuk, dingin AC menyambut seketika. Kami duduk di kursi warna cokelat gelap yang ada di samping kiri pintu masuk. Sambil membaca tiket berwarna putih, kami melihat membaca aturan masuk museum: pengunjung dilarang makan di dalam ruang, memotret, dan memvideo kegiatan selama kunjungan.
“Wah, nggak bisa ambil gambar saat menyaksikan tampilan di museum ini,” ujar saya dalam hati.
Sambil menunggu sekitar 15 menit, beberapa pengunjung yang rencana dalam satu rombongan masuk pun mulai berdatangan. Ada pasangan suami istri, jamaah haji Malaysia juga berencana ikut masuk.
Sambil menunggu, kami terlibat komunikasi ringan. Tanya asal negara, nama, dan juga pengalaman saat di Makkah dan Madinah.
“Assalamualaikum Bapak Ibu. kita akan masuk Museum Nabi Muhammad SAW. Silakah ikut saya,” kata Sidqi, tour guide, yang memamai baju gamis putih terusan dam sorban di kepala warna corak merah putih, menghentikan percakapan kama.
Kami pun langsung berdiri dan mengikutinya sambil mata dengan seksama ke kanan kiri dinding berwarna hitam dengan garis lampu berwarna biru di bagian atasnya.
“Indah sekali,” kesan pertama.
Baca sambungan di halaman 2: Rekontruksi Kehidupan Rasulullah