Begini Proses Produksi Berita PWMU.CO hingga Melahirkan Penulis Keren

Mohammad Nurfatoni (baju Putih) memberikan Kuliah Kunjungan Lapangan mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (Syahroni Nur Wahid/PWMU.CO_

Begini Proses Produksi Berita PWMU.CO hingga Melahirkan Penulis Keren; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah

PWMU.CO – Portal berita PWMU.CO sebagai sekolah menulis para kontributornya terungkap di Kuliah Kunjungan Lapangan mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (27/7/22). 

Awalnya, sang Pemimpin Redaksi Mohammad Nurfatoni mengungkap alur penerbitan berita di PWMU.CO. Portal berita Lembaga Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu, kata Fatoni, utamanya menghimpun berbagai berita kegiatan amal usaha Muhammadiyah, termasuk sekolah-sekolah Muhammadiyah. 

“Sumber berita PWMU.CO kegiatan Muhammadiyah, tapi tak melulu itu,” ujarnya. 

Berbagai berita itu, lanjut Fatoni, datang dari 500-an kontributor PWMU.CO yang tersebar di seluruh Jatim maupun luar Jatim. “Pasti tidak semua menulis dan mengirim berita setiap hari. Jika ini sampai terjadi, editornya yang kewalahan,” ungkapnya. 

Sebab, sejauh ini hanya ada dua editor senior di PWMU.CO yakni dirinya dan Sugeng Purwanto (Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim). 

Mereka dibantu oleh lima co-editor. Yaitu Nely Izzatul Maimanah, Sugiran, Ichwan Arif, Darul Setiawan, dan Ria Pusvita Sari. 

“Seluruh kontributor itu mengirim beritanya ke admin PWMU.CO,” imbuhnya. Admin yang puni Nomor kontak WhatsApp 0858-5961-4001 itulah yang menerima dan menyalurkan berbagai berita ke editor maupun coeditor. 

Baca sambungan di halaman 2: Editing dan Pendidikan Menulis

Mohammad Nurfatoni di hadapan mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (Syahroni Nur Wahid/PWMU.CO_

Editing dan Pendidikan Menulis

Fatoni menegaskan, “Semua berita yang masuk ke meja redaktur pasti melalui proses editing. Tidak satu pun berita yang tidak diedit.” 

Tugas editing itulah yang diemban oleh editor dan coeditor. Bedanya, coeditor hanya bisa mengedit dan mengolah tulisan agar sesuai SEO, tapi tidak bisa langsung upload karena harus dicek editor. Jika sudah layak terbit, terutama judulnya, maka editor yang mengunggah berita. 

Seringkali dalam editing itu tercadi kemacetan karena ada proses feedback antara coeditor/editor dengan kontributor. “Kalau ada data berita atau foto yang kurang, coeditor atau editor klarifikasi ke kontributor hingga berita yang mereka sajikan layak terbit,” imbuhnya. 

Itulah yang membuat penerbitan di PWMU.CO butuh waktu. Sebab mayoritas tulisan kontributor masih perlu ‘dijahit’ oleh editor/co-editor. Apalagi untuk memenuhi indikator SEO (search engine optimization atau pengoptimalan mesin telusur) juga perlu waktu. Dia mengungkapkan, di beberapa media online proses editing yang detil seperti di PWMU.CO ini tidak dilakukan sehingga proses upload-nya sangat cepat.

Tapi di PWMU.CO juga ada proses upload yang cepat, jika berita yang dikirim sudah bagus sesuai kaidah PWMU.CO sehingga hanya beberapa editing kecil yang dilakukan. Menurut Fatoni, hanya butuh 15 menit untuk membaca, menghijaukan indikator SEO, lalu meng-upload tulisan keren itu. 

Tulisan seperti itulah, menurut Fatoni, yang diinginkan PWMU.CO sehingga bisa menghemat waktu dan energi editor. Karena itu, tak henti-hentinya dia meminta agar para kontributor naik kelas. Sementara untuk editing berita lainnya butuh paling cepat 30 menit atau rata-rata 1 jam untuk satu berita. Belum lagi jika harus menunggu kelengkapan data dari kontributor.

Liputan Dipuji Tokoh

Salah satu caranya, menurutnya, dengan rajin mencermati perubahan sebelum dan sesudah proses editing—yang di PWMU.CO dikenal dengan metode stabilo. Artinya, perubahan before and after editing ditandai dengan stabilo agar selanjutnya tulisan semakin baik. Fatoni mengungkapkan beberapa kontributor yang cepat naik kelas karena rajin menerapkan metode stabilo.

Fatoni yang bekerja sebagai General Manager Cakrawala Print menjelaskan dalam proses timbal balik saat editing itulah secara tidak langsung akan terjadi pendidikan menulis. Oleh karena itu Fatoni menyebut PWMU.CO sebagai ‘Sekolah Menulis’. 

Menurut Sugeng Purwanto, dalam sekolah menulis itu, editor dan coeditor terkesan sebagai sosok editor killer. Sebab, beragam latar belakang relawan kontributor membuat persepsi itu muncul selama proses pendidikan literasi agar bisa menulis yang baik.

Fatoni menambahkan, banyak kontributor yang kini mahir menulis berita berangkat dari nol. Beberapa kontributor yang awalnya mengirim berita layaknya kirim SMS—yakni bagian per bagian, bukan sebagai naskah utuh—kini menjadi penulis andal. Bukan hanya cakap menulis berita tapi juga oponi atau karya fiksi. Bahkan ada yang menjadi pembicara di beberapa pelatihan menulis. 

Yang menarik, liputan beberapa kontributor PWMU.CO dipuji oleh para tokoh seperti Prof Din Syamsuddin atau Prof Abdul Mu’ti. Lulusan Pendidikan Biologi FPMIP IKIP Surabaya itu menambahkan, PWMU.CO lebih suka menerbitkan berita produksi sendiri dari para ‘murid’ daripada berita rilis yang dikirim oleh lembaga lain. Sebab selain unik, berita hasil produksi sendiri memiliki makna yang penting sebagai proses pendidikan.

Baca sambungan di halaman 3: Mudah Jadi Wartawan 

Kemas Saiful Rizal daN istri di depan Ka’bah (Istimewa/PWMU.CO)

Mudah Jadi Wartawan 

Proses pendidikan di Sekolah Menulis PWMU.CO dirasakan kontributor asal Lamongan Zulfatus Salima. Perempuan yang sehari-harinya mengajar di Pondok Karangasem Paciran itu mengaku lumayan sering mendapat kritikan atas tulisan yang dia kirimkan. Kritikan itu, lanjutnya, justru membuat Zulfa—sapaannya—semangat belajar menulis. 

Salah satu pelajaran berharga yang paling Zulfa ingat sampai sekarang dari sekolah menulis PWMU.CO yakni tentang foto. “Ingat banget dibilang ‘Manajemen foto buruk’,” ujarnya saat mengenang foto yang dia kirim ke WhatsApp admin jelek dan lama. 

Tak hanya itu, Zulfa yang saat kuliah di UM Yogyakarta sudah terbiasa ikut liputan bersama dosennya itu, saat bergabung jadi kontributor PWMU.CO pun banyak belajar menempatkan kata dan kalimat agar lebih enak dibaca. “Walaupun suka nulis di blog, ternyata kalimat yang enak dibaca berbeda dengan di PWMU.CO,” jelas dia (1/8/22). 

Meski baru menjadi kontributor PWMU.CO pada akhir tahun 2021, kini kualitas tulisannya semakin membaik, sehingga kritikan editor itu sudah jarang dia peroleh. “Awalnya takut, Alhamdulillah sudah terbiasa. Sekarang sudah jarang dimarahi,” imbuh perempuan yang memang hobi menulis sejak dia di pondok. 

Hingga kini, Zulfa masih istikamah mengirim berita di PWMU.CO karena kemudahannya. Berangkat dari memberitakan kegiatan di tempat kerjanya (pondok), lalu kirim naskahnya lewat WhatsApp, Zulfa sudah bisa mewujudkan keinginan terpendamnya menjadi wartawan. 

“Memang dulu cita-citanya jadi wartawan tapi tidak boleh sama orangtua karena riwa-riwi,” tuturnya. 

Eksklusivitas Liputan Haji 

Lain lagi dengan kontributor PWMU.CO asal Bawean Kemas Saiful Rizal yang kini sedang naik haji. PNS Pemkab Gresik yang menjabat Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sangkapura itu rajin menulis dari Tanah Suci. “Di tengah keluangan, gak mikir pekerjaan,” kelakarnya. 

Bahkan batuk pilek ringan dan ketakutan sang istri konsentrasi ibadah hajinya terganggu pun tak menggoyahkan semangat Kemas—sapaannya—untuk liputan langsung dari Mekah dan Madinah. “Semangat menulis saya tidak tertahankan, akhirnya istri membiarkan,” ungkapnya. 

Padahal, saat itu, dia juga sambil khusus mendoakan bapak mertuanya di Gresik yang sedang masuk Rumah Sakit Semen Gresik. Sebab, Kemas yakin, banyak hal baik untuk diberitakan dari dua Kota Suci itu. “Eman kalau dilewatkan dan tidak dibagi buat orang lain,” terangnya. 

Selain itu, dia ingin punya kenangan tertulis saat menjalankan ibadah haji pertamanya. Dia menegaskan, “Kali pertama ini menginjakkan kaki di Mekah dan Madinah!”  

Meski tak ada permintaan secara eksplisit dari redaktur PWMU.CO kepadanya, Kemas awalnya tergerak menulis setelah membaca berita-berita yang Fatoni tulis saat berhaji tahun 2017. “Dikirim semua ke saya dan itu sangat menginspirasi saya untuk juga menulis!” ujarnya lewat pesan WhatsApp dari Masjid Nabawi (1/8/22). 

Berdasarkan perhitungannya, dia sudah menulis sekitar 23 berita saat di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. “Target awal saya sehari satu berita. Kira-kira 40 berita. Entah terkejar atau tidak,” ujarnya yang kini telah menulis sekitar 25 berita. 

Untuk mewujudkan targetnya itu, lanjut Kemas, biasanya dia langsung menulis konsep berita saat bertemu peristiwa dan narasumbernya. “Kalau soal Sekolah Islam Jeddah dan Pak Kasek itu saya endapkan 2-3 hari sampai informasinya lebih lengkap. Baru saya tulis,” imbuhnya. 

Produktivitas Kemas dalam meliput ibadah haji tak lepas dari proses pendidikan menulis di PWMU.CO. Seperti yang pernah dia sampaikan ke Fatoni. “Terima kasih, ini semua berkat PWMU.CO,” ujarnya di suatu kesempatan.

Prestasi menulis Kemas di Tanah Suci, menurut Fatoni, adalah bagian dari impact Sekolah Menulis PWMU.CO. Meski sebagian kontributor merasa editornya killer, tapi manfaat yang didapatkan kontributor baru terasa ketika di lapangan.

“Di mana dan kapanpun, para kontributor bisa menulis peristiwa,” kata Fatoni yang merasa bangga dengan para kontributor PWMU.CO, Rabu (3/7/2022).

Liputan PWMU.CO di Tanah Suci oleh dua kontributor: Kemas dan Ichwan Arif layaknya liputan media mainstream seperti Kompas. Yang Fatoni syukuri, PWMU.CO tak perlu membiayai wartawan untuk secara khusus meliput ibadah haji. 

Baca sambungan di halaman 4: Terus Besarkan PWMU.CO 

Dari kiri: Fahmi Irfanudin Lc MSi (Mudir Ma’had Ali bin Abi Thalib UMY), Ahmad Hermawan (Kepala Prodi KPI FAI UMY), Sugeng Purwanto, Mohamamd Nurfatoni, dan Syahroni Nur Wahid. (Anifatul Asfiyah/PWMU.CO)

Terus Besarkan PWMU.CO 

Semangat membesarkan PWMU.CO tak hanya bertumbuh di antara para kontributor yang rajin mengirim berita. Sebab, setelah berita itu terbit, kontributor masih punya kewajiban menyebarkan tulisannya. Dalam hal ini, kontributor yang kini menjadi IT Support PWMU.CO Syahroni Nur Wachid  terus bersemangat menjalankan perannya memviralkan berbagai berita. 

Awalnya, Syahroni—sapaannya—ikut pelatihan jurnalistik PWMU.CO di Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Bubutan pada tahun 2017. “Benar-benar dari nol, tidak tahu jurnalistik,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Bubutan lulusan Bahasa Arab itu. 

Dari tulisan-tulisannya yang viral di PWMU.CO, lanjutnya, dia mendapat amanah dari almarhum Nadjib Hamid untuk membantu memviralkan berita PWMU.CO. “Saya meniatinya sebagai dakwah digital karena dakwah itu menenangkan hati. Lagi gabut, viralkan berita,” ujarnya  

Pebisnis online yang tergabung dalam Anggota Pimpinan Pusat Jaringan Saudagar Muhammadiyah itu lantas mengungkap, baginya, dakwah digital itu juga penghibur ketika omsetnya lagi turun. “Kalau pebisnis itu yang pusing ketika omset lagi turun, memikirkan bagaimana menggaji karyawannya,” terangnya yang senantiasa bersyukur saat terkena dampak pandemi. 

Anggota Korps Mubal\ligh Muhammadiyah Kota Surabaya itu juga mengaku tak bosan berjihad digital dengan memviralkan berita. “Karena tugas utama viralogi tapi kerjaan tetap jualan online. Ketika semangat turun, saya baca buku tentang almarhum Pak Nadjib Hamid jadi semangat kembali,” imbuhnya. 

Sekretaris Majelis Tabligh PCM Bubutan itu bertekad akan mengutamakan PWMU.CO dalam kesehariannya. “Selama saya masih kuat untuk bantu PWMU.CO, sekuat mungkin saya akan ikut besarkan terus PWMU.CO. Karena ibu bilang, jangan ditinggal amanah alm Ustad Nadjib yang bawa kamu jadi bisa nulis dan hampir ke luar negeri jika gak pandemi,” ungkapnya. 

Di samping itu, dia masih belajar mengelola waktunya. “Lha untuk di PWMU.CO saja waktu 24 jam serasa kurang, belum yang lain,” imbuhnya. 

Fatoni menerangkan, apa yang dilakukan oleh Syahroni dengan memviralkan berita, sesunggunya itu juga bagian dari kerja para kontributor PWMU.CO. Menurut dia, berita yang sudah terbit bukan berarti akhir dari segalanya. Berita tersebut harus diviralkan dengan tahapan klik, baca, dan bagikan (KBB).

Pria kelahiran Lamongan itu menjelaskan, di PWMU.CO sudah tidak berlaku lagi jargon ‘yang penting menulis’. Jargon itu sudah berubah menjadi ‘menulislah yang baik’. Dan terakhir, tidak sekadar menulis baik. “Untuk apa tulisan baik kalau tak ada yang membacanya,” katanya. 

Karena itulah berita-berita di PWMU.CO harus disebarkan agar lebih luas jangkauannya dalam memberi inspirasi, seperti jargon terkini PWMU.CO: ‘Menulis Menginspirasi’. (*) 

Exit mobile version