Tidak Menerima dengan Kondisi Sekarang
“Kita hidup di masa sekarang, bukan kemarin. Meratapi peristiwa sekarang sama halnya “menolak” takdir Illahi,” jelas Kang Ud menguraikan bagian kedua sumber penderitaan hidup.
Terapi agar hati penuh ketenangan, menurut Kang Ud adalah dengan cara menerima sepenuh hati apa yang terjadi saat ini. “Yakinlah Allah memiliki maksud dan skenario dibalik apa yang diberikan hamba-Nya. Tidak mungkin Allah salah alamat memberikan sesuatu,” tandas Kepala SMK Muhammadiyah 6 Modo periode 2021-2025 ini.
Lalu Kang Ud mengkaitkan dengan kehidupan berumah tangga. “Bapak dan Ibu hari ini yang masih merasakan cobaan dari anaknya, semisal anaknya masih belum shalat, maka jangan sesali, ubah dengan dengan dan syukur,” urai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) periode 1986-1998.
Kang Ud berpesan agar tidak banyak meratapi dan menyesal, semisal dengan kata-kata “andaikan, umpama, saya menyesal”. “Kalimat magic ini berasal dari syetan yang menggiring ke dalam sikap penolakan dan menjauhkan dari raya syukur,” urainya.
Resep yang diberikan Kang Ud dalam menyikapi hal ini adalah dengan mendalami bahwa sesuatu bisa berbalik jika Allah menghendaki. ‘Hari ini anak kita belum sesuai harapan, mungkin suatu saat menjadi anak shalih karena kesabaran dan doa tulus orangtua. Suami atau istri masih menjengkelkan, namun dengan kesadaran diri masing-masing, bukan tidak mungkin akan kembali harmonis,” urai pria pengasuh channel telegram kajian Islam.
Suka Baperan terhadap Sikap Orang Lain
Sepuluh menit terakhir Kang Ud menjabarkan poin ketiga sumber penderitaan hidup. Menurutnya, masing-masing diri memiliki sumber kebahagiaan. “Kebahagiaan kita bukan ditentukan oleh mulut orang lain. Jangan cepat baperan. Sedikit-sedikit tersinggung,” tegas Kang Ud.
Su’ud mencontohkan, di era digital setiap orang akrab dengan dunia media sosial. “Semisal ada seorang remaja memposting berita atau apa gitu di Facebook. Ribuan yang like dan komentar positif, hanya ada dua yang komentar nyinyir, maka remaja tadi hanya fokus dua komentar negatif padahal masih adaribuan yang like. Hal ini membuat remaja tidak bisa tidur. Ini namanya menggantungkan kebahagiaan diri kepada orang lain,” jelas Kang Ud.
Maka, menurutnya dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa menghindari dari sindiran, cemoohan, ocehan orang lain. “Kita harus siap menghadapinya namun jangan terpengaruh. Tidak semua sesuai dengan diri kita. Kitalah yang tahu diri kita sesungguhnya bukan mereka,” pungkasnya.
Tepat empat puluh menit Kang Ud menyampaikan tausiah. Acara malam itu berlanjut dengan acara pengumuman dan pembagian hadiah bagi santri berprestasi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni