Berkarpet Merah
Memasuki Masjid Bilal bin Rabbah, saya langsung terpukau dengan tampilan enam kerangka besi warna keemasan melingkar yang menggantung dari langit-langit masjid. Tiap lingkaran terdiri beberapa lampu yang menambah estetik ruangan masjid.
Karpet dominasi warna merah dengan corak kuning kemasan dan garis shaf warna hitam menghias di lantai masjid. Karpetnya sangat empuk, gumamku dalam hati.
Di dalam masjid terdapat empat tiang penyangga dengan keramik krem dan memiliki rak al-Quran.
“Saya biasanya menyempatkan shalat di sini (Masjid Bilal bin Rabbah),” ujar Ksokohmia, pekerja dari Bangladesh.
Saat ditemui usai shalat sunnah tahiyatul masjid, Ksokohmia yang lancar berbahasa Indonesia karena pernah 3 tahun bekerja di Lombok ini mengatakan bahwa Masjid Bilal bin Rabbah ini sangat bagus bagian dalamnya.
“Di bawah ada pusat perbelanjaannya juga,” katanya, singkat.
Saya pun tidak bisa berlama-lama berbincang dengan dia karena sudah ditunggu temannya untuk melanjutkan pekerjaaanya.
Muadzin Pertama
Bilal bin Rabbah merupakan seorang budak dari Habasyah. Dia adalah yang mengumandangkan adzan pertama kali di dunia dalam sejarah Islam. Dia juga adalah salah satu satu sahabat Nabi yang bertugas sebagai muazin lantaran memiliki suara yang merdu.
Untuk mengenang beliau, dibangunkannya sebuah masjid di atas tanah bekas rumahnya dengan nama Masjid Bilal bin Rabbah. Masjid ini memiliki nilai sejarah di Kota Madinah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni