Diajak Buka Bersama
Selesai shalat Maghrib saya berniat pulang ke ke hotel untuk makan malam, karena perut terasa lapar. Saat mendekati pintu keluar, saya sempat memotret jamaah yang masih ramai berada di Masjid.
Tiba-tiba dari jarak 10 meter ada seorang bapak, terlihat seperti orang setempat, melambai-lambaikan tangannya ke arah saya, mengisyaratkan agar saya mendekat. Tentu saja saya kaget. Belum pernah kejadian seperti ini sebelumnya.
Saya pun mendekat, ternyata saya diajaknya berbuka bersamanya. Saya ditawarinya teh dan kopi, lalu saya diberinya kurma, roti, dan keju. Saya pun menikmati sajian itu dengan lahap. Apalagi perut terasa lapar.
Khawatir aktivitas saya memotret tadi beliau tidak berkenan, saya sampaikan bahwa saya seorang jurnalis, sambil menunjukkan contoh berita yang saya tulis. Agaknya Bapak itu memahami apa yang saya sampaikan.
Selanjutnya saya pun saling berkenalan dengan bahasa Arab yang terbatas, tentu ditopang dengan bahasa tarzan.
Awalnya saya bertanya kepada anak remaja yang duduk bersamanya sedari awal, dia memperkenalkan diri bernama Abdul Aziz, usia 15 tahun. Sedangkan si bapak bernama Abdullah usia 61 tahun. Abdul Aziz menyampaikan kepada saya bahwa Sheikh Abdullah adalah seorang Ustadz (pengajar).
Setelah berbincang sebisanya dan makanan saya habis, saya pun berpamitan seraya menyampaikan terima kasih banyak kepada Sheikh Abdullah. Akhirnya saya pun tidak jadi pulang ke hotel untuk makan malam, melainkan tetap di Masjid Nabawi menunggu shalat Isya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni