Dua Strategi Salafi
Dia menegaskan, seringnya Muhammadiyah mendirikan AUM, utamanya masjid, namun lupa menyiapkan SDM-nya sehingga diisi oleh jamaah salafi. Akhirnya mereka mengambil alih masjid dengan berbagai cara.
Pertama, membuat kajian dan menguasai takmir masjid. Untuk itu, Ali mengajak jamaah untuk menyekolahkan anak-anaknya sekolah di MBS (Muhammadiyah boarding school) yang berkualitas. “Karena di MBS merupakan pesantren untuk menciptakan manusia yang alim dengan versi Muhammadiyah,” ujarnya.
Kedua, adanya dukungan dari orang internal Muhammadiyah. Hal itu bermula dari keikutsertaan pimpinan Muhammadiyah mengaji di berbagai tempat. “Dan mungkin saja ada ustadz yang membuatnya terkesima sehingga diajak untuk menjadi mubaligh di masjidnya,” ujarnya.
Kamudian Ali bertanya ke jamaah, “Apakah di sini ada yang seperti itu?”
“Ada!” jawab jamaah serentak.
Kemudian Ali berkelakar agar mereka maju dan berfoto bersama. Tentu saja ajakan itu disambut tertawa oleh jamaah.
Di bagian lain Dosen IAIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan itu juga menyinggung dampak positif dan negatif kehadiran kelompkk salafi di lingkungan Muhammadiyah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni