Pikiran Berlapis Melihat Fenomena
Menurutnya, yang diperlukan umat Islam saat ini adalah pikiran berlapis dalam melihat fenomena. Orang yang hidup di suatu daerah tertentu, misalnya, dengan umat Islam daerah lain ketika melihat sesuatu yang sama, karena tempat dan sudut pandangnya berbeda, maka hasilnya tentu akan berbeda.
Amin juga menyinggung tentang penggunaan satu disiplin ilmu saja dalam melihat suatu fenomena. Menurutnya sikap seperti itu bisa dipastikan akan menyebabkan pengetahuan atau ilmu yang dihasilkan kadaluarsa.
“Maka tugas pesantren Muhammadiyah harus mengecek kadaluarsa sebuah disiplin ilmu atau tidaknya,” ungkapnya.
“Caranya bagaimana?” tanya Amin.
“Caranya adalah dengan mengintegrasikan berbagai macam disiplin ilmu dalam melihat sebuah realitas. Seperti mengintegrasikan fikih, kalam, dan filsafat, dalam melihat sesuatu dan tidak terpisah,” sambungnya.
Begitu juga ketika mengambil pendapat seorang tokoh tidak boleh hanya fanatik terhadap seorang tokoh dan menafikan tokoh lainnya. “Jangan hanya mengambil al-Ghazali lalu membuang Ibnu Rusdh,” paparnya.
Hal tersebut menurutnya sangat penting diterapkan di pesantren Muhammadiyah berkemajuan. Apalagi di era modern seperti saat ini, tidak cukup hanya melihat satu fenomena dari sudut agama saja, tapi juga harus dilihat dari kaca mata sains dan ilmu sosial.
“Kalau tidak bagitu (mengintegrasikan disiplin ilmu), seseorang akan mudah menjadi sumbu pendek. Gampang emosi, dan akan muncul imam-imam baru selain Imam Syafi’i, yaitu Imam Samudra,” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni