Enam Tuduhan Salafi pada Muhammadiyah
Ada beberapa kalimat yang biasanya digunakan untuk mempengaruhi jamaah Muhammadiyah yang masih awam sehingga terpengaruh oleh bujuk rayu salafi. Di antaranya:
Pertama, Muhammadiyah kebanyakan menggunakan akal. Salafi menyerang bahwa Muhammadiyah sudah jauh dari dalil, jauh dari al-Qur’an dan Sunnah.
Jawaban atas tuduhan ini secara akademis sudah ditulis dengan baik oleh para ulama Muhammadiyah, tersebar dalam banyak buku, jurnal, hasil penelitian, majalah, bahkan selalu di-tanfidz-kan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam berita resminya.
“Muhammadiyah memahami nas secara komprehensif, utuh, kontektual kususnya bidang muamalah, bahkan faktor kekinian dan kedisinian.”
Jawaban ringan cukup dikatakan, bahwa Muhammadiyah tidak kebanyakan dalam menggunakan akal. Muhammadiyah sudah pas dalam menggunakan akal dalam memahami agama, menyeimbangkan ibadah mahdhah dan ibadah muamalah. “Salafi saja yang kurang dalam menggunakan akal, atau dalam bahasa lain akalnya kurang,” begitulah candaan Ustadz Ali Trigiyatno.
Muhammadiyah menggunakan akal dengan manhaj yang telah dirumuskan oleh para ulama dalam qawaid fiqhiyyah, ushul fiqh, ilmu hadits, ilmu tafsir sehingga relatif terarah, dibanding hanya memahami ayat langsung dengan akal pribadi yang dipenuhi oleh kepentingan, kesombongan, bahkan kebencian.
Muhammadiyah memahami nas secara komprehensif, utuh, kontektual kususnya bidang muamalah, bahkan faktor kekinian dan kedisinian. Sementara Salafi memahami agaman secara literal bahkan leterplek, kurang memanfaatkan anugerah potensi akal yang diberikan Allah.
Agama pasti benar, namun cara kita memahami agama belum tentu benar. Dalam ibadah mahdhah, Muhammadiyah sangat ketat, namun dalam bidang muamalah sangat luas menggunakan akal atau ra’yu.
Baca sambungan di halaman 3: Masjid Milik Allah