Dunia Islam Ketinggalan
Lebih dari itu, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menyampaikan, di Jepang setiap orang punya teleskop. Di Indonesia, sekolah-sekolah yang unggul pun hampir tidak memilikinya. Padahal, lanjutnya dengan teleskop seseorang bisa mengetahui angkasa dan mengasah imajinasinya.
“Karena science is imagination. Tanpa imajinasi, kita tidak bisa mengembangkan pengetahuan,” tuturnya.
Yang menjadi pertanyaan, kata dia, kenapa di dunia ketiga, terutama dunia Muslim tidak memungkinkan seorang ilmuwan mendapatkan hadiah Nobel?
Dan sebagai hiburannya, sambung Gus Pur, akhirnya kita membikin hiburan sendiri, HabibieAward misalnya yang diperebutkan oleh ilmuwan lokal.
Singkat cerita, ucap penggagas trensains (pesantren sains) itu, agama Islam adalah agama yang sempurna. Relasi antara Tuhan, manusia, dan alam semesta bak trilogi segitiga yang saling bertautan.
“Sayangnya, kita hanya fokus pada hubungan dengan Tuhan, dengan persoalan-persoalan keagamaan; abai terhadap persoalan alam. Padahal, di dalam al-Qur’an ayat tentang alam lebih banyak, lima kali dari pada ayat tentang fikih,” paparnya.
Karena itu menurutnya ke depan pesantren Muhammadiyah harus melakukan kajian; intensifikasi kajian ayat alam; ngaji tentang alamnya itu sendiri.
“Kalau ngaji al-Quran butuh bahasa al-Qur’an yaitu bahasa Arab, kalau ngaji tentang alam, butuh bahasa alam yaitu matematika,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni