Budaya Inklusi
Workshop dibuka dengan materi ‘Konsep Pendidikan Inklusif dan Sistem Dukungan’ oleh Kepala Seksi Mutu Pendidikan Dispendik Kabupaten Sidoarjo, Nanik Sumarviati Spd MPd.
Dia menjelaskan, guru harus mampu menjadi orangtua terbaik di sekolah bagi para murid, apapun kondisi mereka. Seorang guru harus memahami budaya inklusi dan mampu menerapkannya. Dengan cara memberikan hak yang sama bagi seluruh anak untuk mendapatkan layanan pendidikan agar mereka bisa mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Tantangan yang pertama bagi guru adalah mengidentifikasi kompetensi anak. Jika ternyata ada indikasi seorang anak mengarah ke inklusi harus dilakukan komunikasi yang efektif dengan semua pihak terkait. Terutama dengan orangtua atau wali murid.
“Memang tidak semua orangtua menerima, jika anaknya disebut sebagai anak inklusi. Namun, pemberian pengertian untuk saling bekerja sama, melakukan asesmen psikologi dan berkolaborasi menerapkan budaya inklusif, baik di lingkungan sekolah dan di rumah, akan mampu mengoptimalkan potensi atau bakat positif anak hingga meraih prestasi,” terang dia.
Nanik menguatkan, budaya inklusif dan nilai-nilai yang harus terlihat dan terlaksana dengan baik di setiap sekolah adalah demokratis, nondiskriminatif, partisipatif, menghargai perbedaan individu dan keragaman, aksesabilitas, adaptif, ramah anak, persamaan kesempatan, dan kolaboratif. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni