Pendidikan Holistik Perspektif Muhammadiyah. Liputan Alvin Qodri Lazuardy, Pembimbing Jurnalis Ponpes Ahmad Dahlan Tegal.
PWMU.CO – Salah satu rahasia amal usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pendidikan tetap eksis di tengah arus perubahan zaman dan gelombang perubahan kepemimpinan adalah karena amal usaha pendidikan Muhammadiyah tumbuh dari akar rumput (grassroot).
Inilah yang disampaikan H R Alpha Amirrachman MPhil PhD Sekretaris Dikdasmen PP Muhammadiyah dalam Pengajian Bulanan Hari Bermuhammadiyah (HBM) bertempat di Kampus Stikesmu Tegal, Ahad (7/8/2022).
Dr Alpha mengatakan, AUM itu tidak disetir oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Karena amal usaha pendidikan Muhammadiyah berdiri mandiri, pergerakannya dinamis penuh perjuangan, diiringi dengan cucuran keringat totalitas perjuangan para penggeraknya.
Mengangkat tema Pendidikan Holistik: Ijtihad Muhammadiyah di Era Digital, Dr Alpha memberikan apresiasi kepada warga Muhammadiyah di Kabupaten Tegal. Menurutnya, jiwa militansi sangat melekat serta denyut nadi Muhammadiyah di Kabupaten Tegal terus berdenyut secara dinamis.
Hal ini dibuktikan dengan acara lelang infak untuk pembangunan Stikesmu terkumpul secara ikrar dari para muhsinin sebesar 183 juta.
Pendidikan Holistik Muhammadiyah
Dr Alpha menambahkan, Muhammadiyah adalah gerakan amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid. Menurutnya, pendidikan holistik adalah pendidikan interaktif tentang keintelektualan dan profesionalitas dalam keIslaman yang bersatu padu menjadi elemen yang tak terpisahkan.
“Sasaran yang dituju dari pendidikan ini kepada setiap siswa Muhammadiyah ada 3, yaitu menyasar kepada afektif, kognitif, dan psikomotorik. Inilah pendidikan holistik yang dimaksud,” tegas Dr Alpha.
Jika melihat dengan kacamata sejarah, embrio pendidikan holistik ini menurutnya sudah diinisiasi oleh K H Ahmad Dahlan. Adapun unsur pengajaran meliputi pendidikan ibadah, akhlaq, dan muamalah dunyawiyah.
“Kyai Dahlan memang tidak secara naratif menjelaskan tentang pendidikan holistik, namun beliau mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cerminan bagaimana Kyai Dahlan totalitas membina warga dengan nilai-nilai Islam di Kauman dan anak anak yatim dengan spirit surat al-Maun,” jelasnya.
Namun, imbuhnya, untuk meniti model pendidikan holistik di era ini bukan berarti tanpa tantangan. Tantangan untuk lembaga AUM pendidikan ini adalah tenaga pengajar harus diisi oleh guru yang profesional dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan Muhammadiyah.
“Inilah tantangan yang harus dijawab dan dilewati dengan baik. Salah satu tujuan dari pendidikan holistik adalah nation building,” ujarnya.
Nation building yang dimaksud dalam hal ini adalah alumni-alumni dari Perguruan Muhammadiyah bukan hanya menjadi pekerja atau sekrup-sekrup pembangunan peradaban.
“Namun lebih dari itu harus menjadi aktor peradaban serta menjadi penggerak yang mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” ucapnya.
Nilai Lebih Pendidikan Muhammadiyah
Selanjutnya Dr Alpha memberikan sebuah statemen, bahwa pendidikan di Muhammadiyah harus ada added value, harus mempunyai nilai lebih.
“Lalu apa saja nilai lebih dalam pendidikan Muhammadiyah itu?” tanyanya retoris.
Dia menjelaskan, beberapa kelebihan sekolah Muhammadiyah yakni pertama melekat dengan nilai-nilai Islam, kedua memiliki ruang yang sangat luas untuk berinovasi dan berkreasi tidak dikekang dengan peraturan yang rumit, ketiga kuatnya jejaring dengan ikatan ukhuwah islamiyah
“Sementara yang keempat, sekolah Muhammadiyah memiliki ekstrakurikuler yang melatih dan menguatkan mental dan rasa percaya diri, kelima sebagian besar memprogramkan tahfidzul qur’an masuk dalam kurikulum,” jelasnya.
Menurutnya, pendidikan holistik adalah pendidikan komprehensif mencakup aspek duniawi dan ukhrowi berpadu dan konsisten dalam nilai-nilai Islam untuk mencerdaskan bangsa dan mewujudkan masyarakat Islam sebenar-benarnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni