Taklukkan Tantangan Bikin Tandu
Seperti yang dirasakan Uril Aini. Dia sangat puas mampu menyelesaikan bersama timnya. Baginya, membuat simpul-simpul di tandu itu sangat mudah. “Aku sudah pernah bikin gini waktu kelas IV,” ujarnya sambil memeluk tandu buatan kelompoknya. Dia bahkan sayang jika harus membongkar tandu itu.
Hanya saja, tantangan mulai Uril—sapaannya—rasakan saat pegangan beberapa temannya kurang erat. “Tadi awalnya nggak kuat pegangannya, jadi sempat nggak lurus,” terang siswi kelas V Amerika itu.
Beda lagi dengan Khansa Qonita Ghaisani. Menurutnya, tantangan bikin tandu ini cukup menantang. “Ribet buat simpulnya, pusing,” ungkap Khansa—panggilannya—sambil geleng-geleng kepala.
Khalisa Jilan Nur Fadhilah yang berdiri di sampingnya pun spontan mengangguk. Dia sepakat dengan kerumitan proses tali-temalinya. Meski pada akhirnya dia bersyukur mampu menyelesaikan tantangannya. Berdasarkan pantauan Kais dan tim pengajar, memang seluruh kelompok siswa kelas V pagi itu berhasil membuat tandu.
Terkait dampak Hizbul Wathan termasuk intrakurikuler, Wakil Kepala Bidang Pengembangan Pendidikan Riska Navilah SPd menerangkan, “Kurikulum Merdeka memprioritaskan pada pencapaian profil pelajar Pancasila. Melalui HW inilah profil pelajar Pancasila seperti gotong royong dan bernalar kritis terasah.”
Sejalan dengannya, Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi menegaskan, yang utama dari HW ini bukan produknya namun bagaimana prosesnya. “Diharapkan dari proses tali-temali itu terjadi interaksi yang menumbuhkan karakter pelajar pancasila, salah satunya kemandirian dalam upaya menyelesaikan tantangan,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni (*)
Discussion about this post