Amal Usaha Muhammadiyah
Ormas Muhammadiyah selain terdiri dari kumpulan massa yang sadar tentang Muhammadiyah, juga merupakan kumpulan amal-amal usaha. Dalam menjalankan gerak laju amal usahanya, Muhammadiyah kerap melibatkan banyak pihak termasuk non-Muhammadiyah, bahkan non-Muslim.
Dengan mengajak kalangan di luar Muhammadiyah dan di luar Islam ikut menjalankan amal usaha diharapkan menjadi wasilah dakwah mengenalkan Islam dan ormas Muhammadiyah. Sewajarnya para tamu mengikuti segala aturan yang dibuat tuan rumah dan pemilik rumah, bukan malah mencari celah kelemahan untuk mencari keuntungan tertentu.
Usaha-usaha merongrong kewibawaan Muhammadiyah baik dalam hal ideologi dan amal usaha bukan hanya dilakukan oleh gerakan dakwah salafi saja, dan bukan saat ini. Banyak kisah kontak psikologis bahkan adu fisik antara warga Muhammadiyah dengan kelompok intoleran.
Bukan lebai, tetapi kembali pada ungkapan bahwa cinta kadang tidak bisa dikatakan dengan bahasa. Ideologi tajdid yang berarti inovatif, terbuka dan toleran dengan hal-hal baru membuat ormas Muhammadiyah banyak didekati daripada ormas atau kelompok lain yang tertutup.
Penting bagi warga Muhammadiyah untuk memperkuat akidah dan ideologi Muhammadiyah yang telah tertulis dalam beragam buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih, dan lain-lain.
Bagi para qiyadah penting juga kiranya menyusun kurikulum ketahanan akidah dan ideologi warga Muhammadiyah agar tidak mudah terpesona gerakan-gerakan dakwah kelompok lain.
“Tamu menghormati tuan rumah bagian dari akhlakul karimah. Secara otomatis tuan rumah pasti menghormati tamu yang paham adab dan sopan santun.”
Ibarat pasangan suami-istri, tidak salah misalnya sesekali terpesona dengan orang yang bertamu ke rumahnya. Tetapi wajib untuk mengingat dan memperkuat kembali komitmen cinta dan pilihannya agar tidak mudah “pindah ke lain hati”.
Tujuan membangun mahligai cita-cita besar rumah tangga Muhammadiyah hanya pantas diemban oleh warga dan aktivis yang sadar tentang Muhammadiyah tanpa harus fanatik buta bahkan mengarah ke paham ashabiyah yang merendahkan atau menyalahkan kelompok lain yang berbeda ormas dan berbeda orientasi dakwah.
Ketegangan Muhammadiyah dengan kelompok salafi semoga segera menemukan solusi. Menjadikan amal-amal usaha Muhammadiyah sebagai tempat belajar dan beraktivitas sebelum memiliki base camp sendiri bagi garakan dakwah yang belum memiliki tempat permanen bukan masalah.
Membangun base camp sendiri akan lebih membanggakan dibandingkan mengganggu atau mengambil alih base camp kelompok lain. Tamu menghormati tuan rumah bagian dari akhlakul karimah. Secara otomatis tuan rumah pasti menghormati tamu yang paham adab dan sopan santun. Wallahualambishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni