Menikmati Hidup Paspasan oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Pernah dengar kan ungkapan yang masyhur ini? Menikmati hidup paspasan. Sepertinya terkesan hidup dalam kondisi terhimpit karena keterbatasan sumber daya.
Padahal tentu yang dimaksud adalah kehidupan yang qanaah, kehidupan yang berkecukupan atas karunianya. Bagaimana tidak lha wong pas kita butuh pas ada atas karunianya.
Sabtu pagi-pagi saya berangkat ke PCM Sepanjang untuk menjadi bagian penguji calon-calon kepala sekolah Muhammadiyah. Yaitu satu calon kepala SMAM dan dua SMKM di Sepanjang.
Kebetulan panitia mengatur tempat duduk saya pas persis di samping Sekretaris PWM Jawa Timur Ir Tamhid Masyhudi. Kesempatan itu saya manfaatkan minta tolong kepadanya agar bisa menghadirkan Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir ke Sidoarjo.
Pak Sekretaris malah bilang ke saya,”Wis ayo melok aku, Pak Haedar ada acara di Blitar dan Kediri. Berangkat langsung mari acara (wawancara) iki yo.”
Saya merasa penting untuk bertemu Pak Haedar untuk mau hadir ke Sidoarjo untuk mengisi kajian Ahad Pagi di PDM Sidoarjo. Selain itu juga terkait hal-hal sangat penting dan strategis untuk disampaikan kepadanya. Seperti pucuk dicinta ulam tiba, langsung saya telepon anak-anak di rumah untuk kirim baju ke Sepanjang.
Sore saat Ashar tiba, tugas menguji selesai langsung berangkat ke Blitar. Pakai Alphard gaess he he, karena mobil itu yang membawa Pak Ketum selama acara di Blitar dan Kediri.
Jadilah seharian bersama Pak Ketum mulai dari Blitar sampai sore acara selesai dengan enam agenda dan tempat yang harus dilalui. Baru kali ini saya mengikuti protokoler sangat ketat sampai harus berlarian mengikuti acara yang satu ke acara berikutnya.
Begitu padatnya acara ada beberapa hal yang harus saya sampaikan justru lewat WA padahal sudah jalan bareng-bareng he… he.
Berawal dari Mimpi
Ketua PWM Jawa Timur Dr Saad Ibrahim dalam sambutannya mengatakan, “Apa yang kita lakukan dalam menggerakkan Persyarikatan ini sungguh tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat ketika hijrah dari Mekah ke Yatsrib, jarak tempuhnya sangat jauh ditambah lagi dengan medan yang sulit….”
Ketika sampai ujung kalimat ini Paka Saad Ibrahim tak mampu lagi melanjutkan pidatonya. Tenggorokannya tercekat, tubuhnya bergetar menahan tangis. Pada saat yang sama tak mampu menahan air mata sehingga matanya berkaca-kaca. Tak lama kemudian dengan rasa haru segera mengakhiri pidatonya.
Ada banyak pesan penting yang tak kalah dahsyat seperti yang disampaikan Pak Haedar. “Siapapun kita harus berupaya bersungguh-sungguh menjadi orang yang terbaik serta penuh dengan keteladanan kebaikan agar bisa menunaikan tugas risalah dakwah. Harus terus dan serius menjadikan diri yang terbaik sekaligus pada saat yang sama secara simultan membangun masyarakat dan bangsa menjadi baik. Membangun itu harus kuat karena akan menghadapi ujian dan cobaan. Membangun itu harus sabar karena butuh waktu panjang untuk mencapai tujuannya.
Membangun itu harus jelas target unggulan yang akan dicapainya. Membangun itu harus serius, harus bersungguh-sungguh. Begitu yang Pak Haedar sampaikan dalam beberapa kesempatan.
Sungguh banyak hal yang seringkali kita nikmati jauh dari rancangan awal, tetapi bagaimanapun semua harus dibangun dari mimpi dan harapan, harapan dan mimpi berjumpa dengan para tokoh. Orang-orang hebat yang tiba-tiba menjadi nyata atas karunianya. Pas pingin dan pas dibutuhkan alhamdulillah pas ada atas karunianya
Suwun Pak Tamhid dan Pak Saad Ibrahim, atas pembelajaran kerja keras dengan jadwal yang ketat dan padat.
Tetap semangat berbagi manfaat.
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post