Bid’ah
Adapun berdoa bersama lintas agama tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, sehingga amal ibadah tersebut terancam tidak diterima oleh Allah SWT. Mengenai hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR Bukhari No. 2697 dan Muslim No. 1718).
Di samping itu dalam berdoa bersama lintas agama seorang Muslim berarti telah ikut membenarkan adanya Tuhan selain Allah, karena ketika yang memimpin doa adalah non-Muslim berarti doa yang ditujukan adalah kepada selain Allah.
Hal ini tentu menyelisihi firman Allah di dalam al-Kafirun ayat 6 yang secara tegas menyatakan bahwa dalam hal keyakinan tidak ada toleransi di dalamnya.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Juga firman Allah di dalam al-Quran surat Ghafir ayat 50.
وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ
“…Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.”
Terakhir, bahwa berdoa kepada Allah adalah sesuatu yang haq (benar) sedangkan ketika berdoa bersama lintas agama dan dipimpin oleh orang Non Muslim yang artinya berdoa kepada selain Allah adalah sesuatu yang bathil (salah dan sia-sia), maka hal itu sama dengan mencampur adukkan yang haq dan yang bathil, yang jelas-jelas dilarang oleh Allah SWT.
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (al-Baqarah: 42).
Dengan demikian umat Islam selayaknya tidak mengikuti bahkan menganjurkan doa bersama lintas agama dengan praktik bergiliran dipimpin oleh setiap pemuka agama yang berbeda-beda, karena hal itu bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT maupun dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam bish shawab. (*)
Ustadzah Ain Nurwindasari SThI, MIRKH adalah anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Asiyiyah (PDA) Gresik; alumnus Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah dan International Islamic University of Malaysia (IIUM); guru Al-Islam dan Kemuhammadiyahan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Editor Mohammad Nurfatoni