PWMU.CO – Pasca Aksi Bela Islam Jilid II ‘212’ yang menuntut penuntasan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berkembang wacana publik yang menyudutkan ummat Islam dengan tuduhan intoleransi dan akhirnya digiring kearah persoalan SARA. Menanggapi itu, Dahnil Anzar Simanjuntak dengan tegas membantah bahwa umat Islam berbuat intoleransi. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah pun mengajak semua pihak untuk bisa bersikap bijak.
”Ini bukan persoalan intoleransi, tapi ini murni adalah persoalan ketidakadilan,” ungkap Dahnil dalam Kajian Nasional yang diadakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Brawijaya dengan bertemakan “Peran Serta Kontribusi Mahasiswa Dalam Pembangunan Negeri”, Selasa (21/2).
(Berita terkait: Dahnil Anzar Simanjuntak: Ada Korporasi Besar yang Mainkan Kasus Penistaan Agama)
Dahnil dengan lugas lantas bercerita tentang sejarah pendirian bangsa Indonesia, terutama pada proses perumusan dan pembentukan dasar negara Indonesia. Dahnil mengungkapkan bahwa dalam perumusan Pancasila ada peran besar dari tokoh-tokoh Islam dan tokoh nasional lainnya. Termasuk peran tokoh-tokoh Muhammadiyah didalamnya.
Saat itu, lanjut Dahnil ummat Islam dengan tulus dan ikhlas merelakan beberapa kata di Piagam Jakarta dihapuskan. Yakni, di poin pertama Piagam Jakarta harus dihapus demi kerekatan bangsa Indonesia.
(Baca juga: Meski Laporkan ke Polisi, Pemuda Muhammadiyah Tegaskan Tak Benci Ahok dan Etnisnya)
”Kok saat ini umat Islam dituduh intoleran, nalarnya dimana ini? Sejarah telah mencatat bahwa peran ummat Islam dalam perumusan Pancasila tidaklah kecil,” ungkapnya.
Dahnil pun menganalogikan bahwa mengajari toleransi kepada umat Islam di Indonesia sama halnya dengan mengajari ikan bernafas dalam air. ”Umat Islam sudah jauh lebih paham soal toleransi, bahkan sudah jauh sejak Indonesia membentuk dasar negara Indonesia,” tegasnya . (azhar syahida/aan)