Jurnalis Kompas Anita Yosshira mengungkap karakteristik dan berbagai jenis esai (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Karya Tulis Esai, Karakteristik dan Jenisnya Menurut Jurnalis Kompas; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. PWMU.CO - Jurnalis Kompas Anita Yosshira mengungkap karakteristik dan berbagai jenis esai di Pelatihan Menulis Esai 2022 bagi Kader Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) via Zoom, Sabtu-Ahad (13-14/8/22). Pelatihan itu wujud implementasi pengabdian masyarakat---bagian dari Catur Dharma Perguruan Tinggi---dua dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA). Ialah Rita Pranawati MA dan Abdul Khohar MIkom. Bekerja sama dengan Rahma.id, pelatihan itu juga menghadirkan Pemimpin Redaksi Rahma.id Mona Atalia sebagai narasumber. Dari sekitar 60 peserta yang mendaftar, sebanyak 40 AMM seluruh Indonesia mengikutinya. Sang pembicara pertama, Anita Yossihara yang sehari-harinya menulis feature, news, dan analisis di Kompas itu mengajak peserta mengenal esai. "Yakni upaya mengomunikasikan informasi, opini, atau perasaan dan biasanya menyajikan argumen tentang topik tertentu," ujarnya. Dalam jurnalistik, lanjutnya, bentuk tulisan esai paling sulit. "Karena harus memuat faktor analisis, interpretasi, dan refleksi dari penulis," imbuh Anita, sapaannya. Kata dia, beberapa media kini sudah ada yang memuat esai. Alumnus Hubungan Internasional UM Yogyakarta itu mencontohkan, "Di Kompas ada analisisi politik, analisis budaya, dan analisis ekonomi." https://pwmu.co/251965/08/16/kiat-menulis-esai-menarik-ala-founder-rahma-id/ Mengenal Karakteristik Esai Anita lantas memaparkan karakteristik esai. Yakni berbentuk prosa atau karangan bebas. Biasanya singkat, namun padat dan jelas maksud atau gagasan yang ingin disampaikan, juga rekomendasi atau refleksi penulisnya. Selain itu, esai memiliki ciri khas atau gaya pembeda. "Setiap penulis esai punya gaya penulisan sendiri yang menjadi pembeda antara satu penulis dengan penulis yang lain," terangnya. Dia mencontohkan gaya penulisan esai Budiman Tanurejo, wartawan senior Kompas, yang pakai sudut pandang orang pertama. "Dia menuliskan dari kata 'saya'. Dia menulis pengalaman obrolannya dia ketika bertemu seseorang, kemudian dia olah untuk menjelaskan persoalan yang besar," ungkapnya. Anita pun mengungkap karakteristik lainnya. "Mempunyai nada pribadi atau bersifat individu, mengungkap pandangan, sikap, dan pikiran penulis kepada pembaca," imbuhnya. Untuk memperkuat pandangan penulis itu, lanjutnya, esai dilengkapi data dan fakta. Terkait bahasa yang digunakan, kata Anita, kata-katanya baku sesuai kaidah kebahasaan. Misal, diksinya sesuai KBBI. Selain itu, menggunakan kalimat efektif. "Ada subjek, predikat, objek, dan keterangan yang lengkap tapi tidak bertele-tele, tidak ada pengulangan kata, juga runtut dan logis," imbuhnya. Baca sambungan di halaman 2: Struktur Esai Sebagian peserta pelatihan menulis esai yang hadir di ruang Zoom (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO). Karya Tulis Esai, Karakteristik dan Jenisnya Menurut Jurnalis Kompas Struktur Esai Anita menegaskan, esai sebenarnya sama dengan artikel, opini, berita, dan feature dalam hal tergolong tulisan nonfiksi. Adapun perbedaan esai dengan karya tulis lain ada pada cara penyajian atau gaya penulisan. "Biasanya esai lebih singkat, padat, jelas maksud dan tujuannya apa. Isinya pandangan, pikiran, gagasan penulisnya," terang perempuan kelahiran Yogyakarta, 8 Desember 1980 itu. Anita mengungkap, esai setidaknya mencakup tiga unsur berikut. Pertama, pendahuluan. Di sinilah penulis mengenalkan subjek atau topik yang akan dibahas. Kemudian ada bagian substansi, berisi pengembangan ide atau gagasan yang ingin disampaikan ke pembaca. Terakhir, ada kesimpulan. Yaitu tempat penulis menguatkan topik yang telah dinyatakan pada tesis pernyataan di bagian inti. Bisa juga diisi refleksi atau rekomendasi. Bedanya Karya Tulis Lain Kalau karya tulis lain, artikel misalnya, berisi fakta dan data yang memperkuat analisis dan opini penulisnya. Anita kemudian menerangkan karya tulis opini yang hampir sama dengan artikel, hanya saja yang ditonjolkan adalah pendapat pribadi penulis. Selain itu, ada karya tulis lain berupa berita atau news. Dia menegaskan, berita bersifat straight. "Bercerita sebuah kejadian, isinya 5W 1H," ungkapnya. Anita juga menjelaskan karya tulis feature. "Karya jurnalistik yang penulisannya menggunakan gaya bahasa sastra. Walaupun gayanya dengan cara story telling, tapi tetap disusun berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari proses jurnalistik," paparnya. Baca sambungan di halaman 3: Jenis Esai Berdasarkan Tujuan Jurnalis Kompas Anita Yosshira mengungkap karakteristik dan berbagai jenis esai. Karya Tulis Esai, Karakteristik dan Jenisnya Menurut Jurnalis Kompas (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Jenis Esai Berdasarkan Tujuan Selanjutnya, Anita memaparkan jenis esai berdasarkan tujuan penulisannya. Pertama, esai naratif, bertujuan menceritakan peristiwa yang terjadi. "Misalnya pengalaman atau peristiwa di masa lalu, peristiwa faktual yang dihadapi saat ini, dan kita juga bisa menceritakan sesuatu yang terjadi pada orang lain," terangnya. Biasanya memakai sudut pandang orang pertama. Dia mencontohkan awalan esai berikut, "Pada hari Jumat, saya bertemu dengan Ketua KPK. Ketua KPK mengatakan indeks antikorupsi di Indonesia naik." Dari situlah, kata dia, penulis bisa menjelaskan analisisnya apakah benar indeks antikorupsi naik. Selain itu, bisa pula menarasikan fakta sebenarnya dan mengungkap data yang sesuai. Kedua, esai deskriptif, bertujuan menunjukkan sesuatu melalui penggambaran yang detail oleh penulis. Bisa berupa barang, orang, tempat, atau ingatan. Misalnya tempat wisata. "Bisa mendeskripsikan sebenarnya tempat wisata ini seperti apa," contohnya. Dia menegaskan, esai deskriptif dianggap berhasil kalau bisa membawa pembaca mendapat bayangan yang jelas. Katanya, kalau mendeskripsikan kuliner, pembaca bisa membayangkan kelezatan rasanya. Ketiga, esai persuasif, untuk meyakinkan pembaca agar setuju dengan sudut pandang, ide, rekomendasi, atau gagasan penulis. "Didukung dengan penyajian fakta dan data, esai ini membutuhkan fakta, logika, contoh, pendapat ahli, dan penalaran yang masuk akal," tegasnya. Keempat, esai ekspositori. "Menyajikan analisis seimbang dari suatu topik. Berisi suatu topik dengan fakta, data, dan contoh. Isi esai ini dapat membahas perbandingan dan kontras, sebab dan akibat, serta suatu prosedur atau proses," terangnya. Fakta dan data dalam esai ini bukan berdasar perasaan pribadi penulis, sehingga penulis tidak mengungkap emosinya. Dia menegaskan, "Tidak menggunakan sudut pandang orang pertama!" Menurutnya, esai ini lebih berat lagi, sebab penulis harus menganalisis fenomena yang terjadi di masyarakat atau kebijakan. Baca sambungan di halaman 4: Jenis Esai Lainnya Jurnalis Kompas Anita Yosshira mengungkap karakteristik dan berbagai jenis esai (Tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO) Jenis Esai Lainnya Kata Anita, ada pula ahli yang membagi esai menjadi beberapa jenis lainnya. Seperti F Rahadi dalam bukunya yang membagi esai menjadi enam jenis. Pertama, esai deskriptif. "Bisa mendeskripsikan sesuatu yang unik. Kalau lebih tinggi lagi, mendeskripsikan sebuah kebijakan dan implementasinya," contohnya. Kedua, esai tajuk, biasanya di koran atau majalah. "Berisi pandangan redaksi media terhadap sebuah isu. Maka dari itu ada pandangan, kalau kita ingin melihat kebijakan redaksi sebuah media, lihat tajuk rencananya (kalau di Kompas) atau ada catatan redaksi," ujarnya. Meski biasanya ditulis satu ornag, tapi pandangan itu mewakili pendapat semua redaksi. Ketiga, esai cukilan watak, berisi pengalaman pribadi atau kehidupan. "Disebut cukilan watak karena pembaca dapat memahami watak melalui cuplikan narasi yang disuguhkan penulis. Penulis memilah pengalaman atau cuplikan yang paling penting untuk ditulis," jelasnya. Keempat, esai pribadi, menceritakan diri sendiri. Yakni penulis menjelaskan identitas dirinya serta pengalaman menarik apa saja yang dialami semasa hidup. "Esai ini mirip autobiografi, tapi dalam bentuk yang lebih singkat, padat, dan jelas," ungkapnya. Kelima, esai reflektif. "Penulis mengungkap perenungan yang ditulis dengan formal dan serius. Biasanya topik yang dibahas berat, tentang kebijakan publik, pemikiran akademisi atau cendekiawan, atau perenungan masalah kemanusiaan," paparnya. Misalnya, esai reflektif tentang keterbelahan pemilu di 2019. "Apa refleksi ke depan? Bagaimana agar di pemilu 2024, polarisasi di pemilu 2019 itu tidak terjadi," tuturnya. Keenam, esai kritik. Yakni tanggapan atau komentar yang disampaikan dengan gaya penulis. "Bisa kritik terhadap fenomena sosial, kebijakan pemerintah, perilaku elit, dan sebagainya," ujarnya. (*) Editor Mohammad Nurfatoni