Jenis Esai Berdasarkan Tujuan
Selanjutnya, Anita memaparkan jenis esai berdasarkan tujuan penulisannya. Pertama, esai naratif, bertujuan menceritakan peristiwa yang terjadi. “Misalnya pengalaman atau peristiwa di masa lalu, peristiwa faktual yang dihadapi saat ini, dan kita juga bisa menceritakan sesuatu yang terjadi pada orang lain,” terangnya.
Biasanya memakai sudut pandang orang pertama. Dia mencontohkan awalan esai berikut, “Pada hari Jumat, saya bertemu dengan Ketua KPK. Ketua KPK mengatakan indeks antikorupsi di Indonesia naik.”
Dari situlah, kata dia, penulis bisa menjelaskan analisisnya apakah benar indeks antikorupsi naik. Selain itu, bisa pula menarasikan fakta sebenarnya dan mengungkap data yang sesuai.
Kedua, esai deskriptif, bertujuan menunjukkan sesuatu melalui penggambaran yang detail oleh penulis. Bisa berupa barang, orang, tempat, atau ingatan. Misalnya tempat wisata. “Bisa mendeskripsikan sebenarnya tempat wisata ini seperti apa,” contohnya.
Dia menegaskan, esai deskriptif dianggap berhasil kalau bisa membawa pembaca mendapat bayangan yang jelas. Katanya, kalau mendeskripsikan kuliner, pembaca bisa membayangkan kelezatan rasanya.
Ketiga, esai persuasif, untuk meyakinkan pembaca agar setuju dengan sudut pandang, ide, rekomendasi, atau gagasan penulis. “Didukung dengan penyajian fakta dan data, esai ini membutuhkan fakta, logika, contoh, pendapat ahli, dan penalaran yang masuk akal,” tegasnya.
Keempat, esai ekspositori. “Menyajikan analisis seimbang dari suatu topik. Berisi suatu topik dengan fakta, data, dan contoh. Isi esai ini dapat membahas perbandingan dan kontras, sebab dan akibat, serta suatu prosedur atau proses,” terangnya.
Fakta dan data dalam esai ini bukan berdasar perasaan pribadi penulis, sehingga penulis tidak mengungkap emosinya. Dia menegaskan, “Tidak menggunakan sudut pandang orang pertama!” Menurutnya, esai ini lebih berat lagi, sebab penulis harus menganalisis fenomena yang terjadi di masyarakat atau kebijakan.
Baca sambungan di halaman 4: Jenis Esai Lainnya