Syarat Mutlak
Tentu saja strategi Bima Sakti tidak akan cukup efektif jika tidak diterima pemain secara utuh lahir batin. Ini syarat mutlak. Sangat miriplah dengan pedoman proses belajar membelajarkan yang diterangkan kitab Ta’lim al Muta’allim.
Pertama-tama pemain sangat tawadlu (tunduk dan patuh) kepada Bima. Hal ini bisa terjadi jika ada kepercayaan, trust. Dan Bima Sakti harus menjaga trust itu juga dengan memberi teladan.
Tak bisa dipandang sebelah mata adalah peran PSSI yang all out dalam mendukung Garuda Asia ini. PSSI berani memberi kesempatan pelatih muda seperti Bima Sakti. Memberi dukungan all aout. Pada saat TC kekurangan ofisial, PSSI langsung menambah. Saat kekurangan tenaga kesehatan, termasuk pemijat, langsung memenuhi.
Penanganan secara all out ini termasuk kunci penting untuk menggapai sukses. Tidak bisa mengharap tim mempersembahkan gelar juara dengan penanganan yang mediokritas alias setengah-setengah. Tidak bisa lagi menggunakan visualisasi profesionalisme tetapi di dalamnya amatiran.
Dan penanganan secara all out ini harus dijadikan referensi atau bahkan credo untuk menumbuhkan tunas-tunas muda ini menjadi generasi emas Indonesia. Ke depan mereka ini didambakan dapat mempersembahkan emas untuk level Asia. Bukan lagi cuma di SEA Games. Kalau cuma emas di SEA Games itu mah tidak seksi.
Bahkan sudah harus berani pasang target lolos ke Piala Dunia. Masyarakat sudah sangat rindu melihat tim kebanggaannya tampil di Piala Dunia.Mosok setiap event final Piala Dunia, Indonesia hanya dikenal sebagai pemegang rekor dunia nobar.
Penanganan yang all out, terprogram dan konsisten ini juga untuk menepis mitos bahwa prestasi anak-anak Indonesia itu mentok di usia 16 tahun. Tapi setelah itu cenderung macet atau bahkan langsir (mundur).
Suatu contoh Indonesia pernah menjadi juara Pelajar Asia. Publik mengharap pemain-pemain seperti Frank Sinatra Huwae, Noah Marien, Theodorus Bitbit menjadi tunas untuk Indonesia emas. Tapi sayang pemain-pemain asuhan pelatih asal Jerman Bukard Pape ini gagal menjadi generasi emas.
Negara-negara raksasa sepak bola seperti Brasil, Argentina, Jerman, Portugas, Spanyol menjaga tunas dengan penanganan yang saksama. Seperti bisanya mereka akan menjadi tulang punggung timnas senior. Portugal dengan kapten Ronaldo meraih juara Piala Eropa berintikan pemain-pemain yunior yang mempersembahkan emas Piala Dunia Yunior. Skuad Brasil di Piala Dunia 2022 ini juga sekitar 40 persen pemain Golden Team belia.
Sekarang Indonesia sudah memiliki (menambah) skuad tunas untuk menjadi Indonesia emas. Jagalah mereka. Tumbuhkan dan tumbuhkan! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni