Jihad Bentuk Lain
Memasuki sekitar tahun 1911 dan 1912 hadir organisasi Islam yang hampir bersamaan yaitu Sarekat Islam dan Muhammadiyah setelah lahirnya Budi Utomo tahun 1908. Kehadiran para ulama dan cendekiawan mengubah cara jihad melawan penjajahan bangsa asing dengan memperbaiki alam pikiran masyarakat tentang arti penjajahan dan kemerdekaan.
Sarekat Islam yang berpusat di Surabaya mengusung semangat: “Semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu dan sepintar-pintar siasat”. Sarekat Islam secara terang-terangan menjadi organisasi politik dengan cita-cita memperbaiki nasib bumiputra.
Sementara di Yogyakarta, ormas Muhammadiyah membenahi alam pikiran masyarakat dengan meluruskan dan membersihkan akidah tahayul, bid’ah, khurafat melaui gerakan dakwah tajdid bidang pendidikan dan sosial. Di bawah kepemimpinan KH Ahmad Dahlan selaku pendiri, ormas Muhammadiyah mengembangkan amal-amal usaha mulai dari masjid, sekolah, penolong kesengsaraan umum sampai penerbitan.
Perlahan dan pasti kiprah ormas Muhammadiyah mampu merubah alam pikiran masyarakat, terlebih sejak didirikan kepanduan Hizbul Wathan pada tahun 1918. Demi menumbuhkan semangat cinta Tanah Air di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.
Akal sehat didasari semangat tauhid yang disebarkan Sarekat Islam, Muhammadiyah dan kawan-kawan: Al Irsyad, Persatuan Islam termasuk Nahdlatul Ulama yang berdiri tahun 1926 mendapat sambutan luas dari masyarakat ditandai dengan lahirnya kader-kader gerakan. Sukarno, Mas Mansur dan kawan-kawan sebagai kader Sarekat Islam yang lahir dari Surabaya.
Sementara di Sumatera, Sarekat Islam dikenalkan salah satunya oleh Abdul Muis menarik minat Agus Salim, Hamka dan Mohammad Hatta. Kemudian Sukarno, Mas Mansur, Agus Salim, Hamka dan Mohammad Hatta yang telah mengenal doktrin tauhid Sarekat Islam berhasil menjadi penerus agenda akal sehat yang tangguh sampai terwujudnya cita-cita Indonesia Merdeka.
Akal sehat, tauhid, ilmu dan siasat membuat Mohammad Hatta berani menyampaikan pleidoi Indonesia Vrij atau Indonesia Merdeka di pengadilan Den Haag Belanda pada tahun 1928 karena aktivitas politiknya di Perhimpunan Indonesia. Disusul Sukarno menyampaikan pleidoi Indonesia Menggugat di Landraad Bandung pada tahun 1930 setelah dipenjara karena aktivitas politiknya bersama Partai Nasional Indonesia.
Merawat Akal Sehat
Dalam memperingati Hari Ulang Tahun Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 pada tahun 2022 ini, menjaga akal sehat sebagai usaha yang tidak boleh surut. Akal sehat yang didasari tauhid, ilmu, dan siasat sebagaimana digunakan para pendahulu dan pendiri bangsa. Akal sehat, tauhid, ilmu dan siasat terbukti mampu mengalahkan akal sesat penjajahan yang telah berlangsung selama berabad-abad. Persenjataan hanya pendukung akal sehat, alat utama sistem senjata bukan segala-galanya.
Dengan akal sehat, tauhid, ilmu dan siasat, Jenderal Soedirman mampu mengawal cita-cita kemerdekaan dengan perang gerilya selama tujuh bulan di hutan belantara dengan perbekalan dan persenjataan sangat sederhana.
Selamat memperingati Hari Ulang Tahun Ke-77 Kemerdekaan RI, salam akal sehat, semurni-murni tauhid, setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat mewujudkan Indonesia Darul Ahdi wa Syahadah yang penuh berkah, hebat, bermartabat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni