Agen dakwah itu bernama Timnas Garuda Muda. Kolom oleh Humaiyah, Sekretaris Pimpinan Cabang Aisyiyah Tanggul, Kabupaten Jember.
PWMU.CO – Punggawa timnas U-16 satu persatu memasuki Stadion Maguwoharjo Sleman Yogyakarta, Jumat(12/8/22). Sorak sorai penonton membahana mengiringi setiap langkah. Wajah-wajah tenang penuh percaya diri menaruh harap setinggi langit.
Lagu Indonesia Raya berkumandang membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan. Puncak final antara Indonesia dan Vietnam Piala AFF menjadi sorotan mata jutaan pemirsa. Berharap bisa mempersembahkan kado terindah untuk HUT ke-77 RI.
Jatuh bangun membangun serangan. Tatkala serangan itu tak membuahkan gol, para remaja tangguh itu bangkit dan bangkit lagi. Hingga menit ke-47 babak pertama tendangan indah kaki Kafiatur Rizky bersarang ke gawang Vietnam. Begitulah perjuangan para remaja tanggung itu menorehkan sejarah dan mengharumkan nama bangsa.
Keberhasilan ini tidak instan. Perjuangan panjang dan berliku. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Terutama oleh remaja-remaja seusia mereka. Dalam satu tayangan bagaimana Pelatih Bima Sakti mewajibkan pemain yang beragama Islam untuk wajib shalat berjamaah. Ada denda bila tidak mengikutinya. Bima Sakti mengajarkan kepada mereka bahwa keberhasilan tidak hanya soal ikhtiar tapi juga doa. Ada Allah yang menentukan segalanya.
Jika ini menjadi panutan para remaja Indonesia. Tak ada yang namanya tawuran, geng motor atau hal-hal yang bermakna negatif lainnya. Hidup kembali dalam garis Tuhannya.
Di setiap kesempatan akan bertanding. Bima Sakti juga mengharuskan pemain U-16 untuk mencium foto orangtuanya. Betapa Bima Sakti mengajarkan kepada para pemain bahwa ridha Allah sangat bergantung kepada ridha orangtua. Seharusnya begitu juga dalam kehidupan remaja Indonesia lainnya. Orangtua adalah sosok pertama dan utama sebagai jalan keberhasilan hidup anak-anaknya.
Setiap Keberhasilan Ada Takdir Allah
Sujud syukur selalu terlihat saat pahlawan-pahlawan olah raga itu berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan. Meletakkan kepala serendah rendahnya di hadapan Sang Pencipta menunjukkan bahwa keberhasilan mencetak gol adalah karunia Allah. Jangan ada kesombongan karena di setiap keberhasilan ada takdir Allah.
Shalat berjamaah, ridha orangtua dan sujud syukur merupakan hal yang berkaitan dengan agama. Bima Sakti mengajarkan kepada pemain U-16 dan remaja Indonesia pada umumnya bahwa jika dekat dengan agama otomatis dekat dengan Allah. Dan jika dekat dengan Allah, maka rintangan seberat apapun dalam hidup akan mampu dilalui.
Tak hanya kebanggaan mengangkat Piala AFF. Sejatinya para pemain U-16 adalah agen-agen dakwah. Tanpa beretorika, perintah agama langsung dilaksanakan dan itu ditonton jutaan orang. Para pemain mengajarkan kepada remaja dan rakyat Indonesia kembalilah kepada agama. Karena agama menjadi satu-satunya solusi dalam setiap keadaan dan permasalahan bangsa. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.