Apresiasi Ketua BPH
Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Umla Drs H Muntholib Sukandar mengapresiasi kinerja Abdul Aziz Alimul Hidayat sebagai Rektor Umla pengganti antarwaktu selama setahun.
“Waktu berjalan sangat cepat. Tidak terasa jabatan Rektor Umla sudah genap satu tahun. Tidak hanya itu, karena posisi rektor bersifat pengganti antarwaktu dari periode almarhum Pak Budi Utomo, maka jabatan beliau sebagai rektor akan berakhir bersamaan dengan periode kerektoran Pak Budi Utomo,” ungkapnya.
Dia menerangkan, hari-hari ini pun tengah dilakukan proses pemilihan Rektor Umla yang baru. Dimulai dari rapat Senat Universitas, kemudian secara berjenjang ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Majlis DiktiLitbang, dan berakhir di tingkat Pimpinan PusatMuhammadiyah.
“Tentu, sebagai Ketua BPH Umla, perkenankan saya menyampaikan catatan, berkenaan dengan satu tahun jabatan Rektor maupun prospek ke depan Umla,” kata dia.
Menurut Muntholib sosok Abdul Aziz adalah kader asli Muhammadiyah. Lahir dari keluarga Muhammadiyah, dibesarkan dalam lingkungan pendidikan Muhammadiyah, dan menjadi santri di Pesantren Muhammadiyah Babat. “Jadi, kualitas kemuhammadiyahannya sangat ekselen dan tidak diragukan,” katanya.
Namun demikian, ungkap Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini, sebagai akademisi dan kedudukannya sebagai dosen PNS yang banyak berinteraksi dengan berbagai lingkungan menyebabkan Abdul Aziz tidak fanatik, tidak eklusif, dan tidak sempit wawasan.
Menurutnya, Abdul Aziz Alimul Hidayat mempunyai sifat sangat terbuka, objektif dan komunikatif. Sebagai sarjana di bidang kesehatan, beliau sangat pas menjadi rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan yang berbasis pada kesehatan.
“Sekalipun baru setahun menjabat, banyak hasil yang diperoleh. Di antaranya penataan proses mekanisme dan prosedur. Sehingga tampak lebih efektif dan efisien,” ujar mantan Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PPP di zaman Orde Baru itu.
Alumni IAIN (UIN) Sunan Kalijogo Yogyakarta ini mengungkapkan kesejahteraan dosen dan karyawan Umla juga diperhatikan dengan prinsip reward and punishment, sehingga timbul semangat kerja. “Dia juga mampu meneruskan semangat kerja Pak Budi Utomo dalam membangun. Seperti menyelesaikan gedung lantai 10 yang terus dikebut pembangunannya. Pembelian tanah di sekitar kampus untuk pembangunan rusunawa atau MBU (Muhammadiyah Boarding University).
Ia menambahkan, keberhasilan lainnya seperti sukses pemeringkat oleh lembaga pemeringkat universitas baik nasional maupun internasional.
Sedangkan sisi kekurangannya, menurut pengusaha mebel yang tinggal di Babat ini, Abdul Aziz secara organik, struktural, dan fungsional berada di bawah UMSurabaya. “Artinya kalau dibutuhkan sewaktu-waktu oleh UMSurabaya kita tidak bisa berbuat apa-apa. Segala prestasi yang beliau perolehan misalnya gelar profesor menjadi aset intelektual yang menambah nilai bagi UMSurabaya, bukan Umla.
Selain itu, mantan Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PWM Jatim mengungkapkan, barangkali pola komunikasi Abdul Aziz perlu disempurnakan.
“Mungkin karena merasa terlalu muda, sering terasa ewuh pekewuh dalam berkomunikasi dengan para seniornya. Tapi ini hanya perasaan saya. Seiring berjalannya waktu, insyaallah pola komunikasi ini akan semakin lancer,” ungkapnya.
“Saya rasa tidak adil kalau Pak Aziz hanya diberi kesempatan menjadi rektor antarwaktu. Saya berharap beliau terpilih lagi menjadi rektor definitif satu periode lagi. Lalu dinilai lagi.Hasbuna Allah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’mal wakil,” harapnya.
Baca sambungan di halaman 3: Baca sambungan di halaman 2: Apresiasi Ketua BPH