Tak Lelah Berdakwah
Kedua, Dasron Hamid aktivis dakwah yang tak kenal lelah. Secara keseluruhan, bersamanya UMY tumbuh menjadi kampus yang unggul dan termasuk perguruan tinggi swasta (PTS) yang diperhitungkan. Belakangan, dia pernah mendapat amanah sebagai salah seorang anggota Badan Pembina Harian (BPH) UMY.
Sering, Dasron Hamid dipilih sebagai Ketua Panitia Muktamar Muhammadiyah. Sementara, di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dia pernah menjadi Bendahara PP Muhammadiyah (1985-1989). Juga, pernah sebagai Ketua Badan Pendidikan Kader (2000-2005). Pun, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup (2005-2010).
Atas berbagai jasanya, saat Dasron Hamid wafat pada 24 April 2015 di Yogyakarta, banyak yang berduka dan merasa kehilangan. Salah satunya, Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Prof Din Syamsuddin.
Dalam kenangan Din Syamsuddin, seluruh hidup Dasron Hamid diperuntukkan bagi kemajuan Muhammadiyah. “Beberapa jam sebelum dipanggil Allah SWT, saya sempat menjenguk di rumah sakit. Pak Dasron masih ikut menyiapkan muktamar (2015), karena sebagai bendahara,” kata Din Syamsuddin (baca Din Sangat Kehilangan Sosok Mantan Rektor UMY).
Memiliki Pergaulan Luas
Ketiga, Dasron Hamid cekatan dalam mengelola organisasi dan luas jaringannya. Dasron Hamid cakap mengenalkan UMY. Misal, dia kerap mengundang (untuk mampir) “orang penting” yang sedang ke Yogyakarta untuk hadir di UMY.
Apa formatnya? Misalnya, “orang penting” itu diminta untuk berceramah atau berdialog di UMY. Antara lain dengan cara itu, banyak yang bisa diraih, seperti: UMY makin dikenal, terjadi peningkatan kualitas proses belajar-mengajar, dan animo dari calon mahasiswa UMY meningkat.
Dari Keluarga Aktivis
Keempat, Dasron Hamid beruntung sebab dia tumbuh-kembang di sebuah lingkungan yang tergolong sebagai keluarga aktivis. Benar, Dasron Hamid mewarisi kiprah perjuangan Abdul Hamid BKN—sang ayah—di Muhammadiyah.
Sang ayah, yaitu Abdul Hamid BKN (wafat pada 1977), adalah salah seorang murid atau kader awal KH Ahmad Dahlan. Abdul Hamid BKN ikut mendirikan Gerakan Kepanduan Muhammadiyah yaitu Hizbul Wathan (HW). Di samping itu, berderet berbagai amanah di kepengurusan Muhammadiyah antara lain ketua di bagian Taman Pustaka dan di bagian PKU Muhammadiyah. Di titik ini, mudah kita bayangkan bahwa Dasron Hamid dibesarkan dan didik dalam keluarga aktivis Muhammadiyah.
Gelegak perjuangan di Muhammadiyah, Dasron Hamid rasakan langsung dari performa sang ayah. Sekadar menyebut sebagian fragmen, sang ayah pernah menjadi Bendahara PP Muhammadiyah. Belakangan, Dasron Hamid pernah pula menjadi Bendahara persyarikatan yang sama.
Contoh lain, dulu sang ayah berulang kali menjadi Ketua Panitia Muktamar Muhammadiyah. Belakangan, Dasron Hamid juga beberapa kali menjadi Ketua Panitia Muktamar Muhammadiyah yaitu di Solo tahun 1985 sampai Muktamar Muhammadiyah Satu Abad di UMY Yogyakarta tahun 2010.
Hal lain, dulu sang ayah pernah aktif di politik praktis lewat Partai Masyumi. Sementara, Dasron Hamid tidak terjun ke politik praktis dengan, misalnya, menjadi pengurus sebuah partai politik. Meski begitu, tetap ada yang beririsan. Bila dulu sang ayah pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, maka Dasron Hamid pernah menjadi Utusan Daerah MPR-RI.
Baca sambungan di halaman 3 Aktif di Olahraga