Bonus Demografi oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Mendengar dua kata itu dari Menko PMK Prof Muhadjir Effendy saat seminar Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan dan Kesehatan di Umsida Sidoarjo, Sabtu (20/8/2022).
Bonus demografi merupakan suatu keadaan di mana penduduk yang masuk ke dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Usia produktif berusia 15 hingga 64 tahun. Sampai tahun 2045, penduduk kita, penduduk Indonesia yang masuk dalam usia produktif jumlahnya 64 persen.
Dengan kondisi seperti itu maka pada rentang tahun tersebut akan terjadi ledakan kebutuhan lapangan kerja sehingga para pengguna lapangan kerja akan mendapatkan banyak pilihan memperoleh yang terhebat, yang terbaik sesuai yang dibutuhkannya.
Sebaliknya bagi individu-individu yang membutuhkan pekerjaan haruslah menyadari untuk meningkatkan kompetensi yang meliputi kemampuan, keahlian, serta attitude yang baik untuk berkompetisi mendapatkan pekerjaan terbaik karena begitu banyaknya pesaing yang sama-sama membutuhkan lapangan pekerjaan.
Sebagai orang yang menginginkan untuk senantiasa menjadi orang yang baik maka dengan kondisi seperti itu kita tentu tahu manfaat apa yang bisa kita berikan kepada mereka?
Menciptakan lapangan kerja buat mereka, meningkatkan kualitas layanan pendidikan agar mereka bisa survive dalam kompetisi yang ada, atau memberikan layanan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta keahlian mereka dan lainnya.
Berikutnya untuk dunia dakwah, saya kira juga sangat penting memperhatikan situasi kondisi yang terjadi saat itu. Strategi dakwah apa dan bagaimana yang cocok, yang compatible dengan mayoritas usia mereka saat itu sehingga dakwah kita diakses oleh mereka.
Terakhir terkait bidang yang digeluti oleh lembaga filantropi terkait konstruksi usia penduduk Indonesia saat itu, maka seharusnya strategi fundraising maupun pentasyarufannya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi mereka orang-orang muda.
Generasi yang sangat dinamis, yang dekat dan lekat dengan teknologi digitalisasi, generasi yang labil di mana perubahan yang terjadi pada mereka sungguh sangat cepat dan lain-lainnya yang khas melekat pada ciri-ciri anak muda.
Tentu tidak ada yang salah atas fakta apa saja yang ada atas karuniaNya, tergantung bagaimana kita membangun mindset kita. Tergantung dari sudut mana kita melihat dan memahami atas fakta yang ada. Tergantung bagaimana kita memilah dan kemudian memilih serta mengeksekusi strategi serta perlakuan yang paling tepat, akurat dan akuntabel dengan kondisi yang ada.
Melihat, memahami, dan kemudian mengeksekusi yang kita yakini paling baik dan bermanfaat tentu pilihan yang paling tepat walaupun mungkin di kemudian kurang pas atau bahkan mungkin salah. Kalau salah segera ada permohonan maaf dan yang lebih penting segera memperbaikinya. Daripada hanya mengeluh dan mengumpat situasi dan kondisi yang ada.
Tetap semangat berbagi manfaat.
Bismillah.
Editor Sugeng Purwanto