Ilmu Sirik
Di samping itu, Rasulullah SAW secara khusus pernah memberi peringatan kepada orang yang mengambil ilmu perbintangan (astrologi, bukan astronomi) adalah termasuk mengambil ilmu sihir.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ منِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.” HR Abu Daud No. 3905, Ibnu Majah No. 3726 dan Ahmad 1: 311. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.
Para ulama juga meng-qiyas-kan ramalan bintang dengan ramalan dukun. Sehingga mempercayai ramalan bintang sama dengan mendatangi tukang ramal. Dalam beberapa hadis disebutkan:
عَنْ صَفِيَّةَ، عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ منْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dari Shofiyah, dari sebagian istri Nabi SAW, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR Muslim No. 2230).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَالْحَسَنِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Dari Abu Hurairah, dan Al-Hasan, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al-Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR Ahmad No 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dengan demikian jelas bahwa mempercayai ramalan bintang adalah suatu bentuk keharaman.
Sebagai seorang Muslim hendaknya kita bersikap cerdas, tidak mengikuti sesuatu yang tidak berdasarkan ilmu.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Qal-Isra’:36)
Adapun mengenai nasib kita, hendaknya kita mengedepankan sikap husnudzan dan tawakkal kepada Allah. Tentu saja dibarengi dengan ikhtiar sesuai kemampuan.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (ath-Thalaq: 3).
Wallahu a’lam bish shawab. (*)
Ustadzah Ain Nurwindasari SThI, MIRKH adalah anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Asiyiyah (PDA) Gresik; alumnus Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah dan International Islamic University of Malaysia (IIUM); guru Al-Islam dan Kemuhammadiyahan SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Editor Mohammad Nurfatoni