Kisah Suap: Dari Ratu Balqis hingga Tembok Besar Cina; Oleh M. Anwar Djaelani, dosen Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Jatim dan penulis buku Ulama Kritis Berjejak Manis
PWMU.CO – Meski banyak pelaku suap-menyuap yang ditangkap dan dipenjara, tapi perilaku terlarang itu terus terjadi. Kendati ancamannya berupa neraka, bagi yang beragama Islam, tapi tetap saja pelaku suap-menyuap seperti tak takut.
Lihat saja berita ini: “Rektor Unila Terima Suap Rp 5 Miliar dari Penerimaan Mahasiswa Baru” (baca https://nasional.okezone.com/). Juga, kabar ini: “Dua Dosen UIN Walisongo Semarang Didakwa Terima Suap Rp 830 Juta” (baca https://jateng.jpnn.com/).
Siapapun harus waspada dengan kemungkinan tergelincir pada perilaku suap-menyuap. Hal ini, karena praktik suap-menyuap telah berlangsung sangat lama. Misal, Nabi Sulaiman As pernah dicoba disuap oleh Ratu Balqis. Juga, ada cerita, Tembok Besar Cina yang masyhur itu bisa ditembus musuh dengan cara menyuap penjaganya.
Siasat Ratu
Suatu ketika, Nabi Sulaiman As mendengar tentang negeri Saba yang makmur dan memiliki Ratu yang cakap. Sayang, pemimpin dan rakyat Saba kafir. Mereka menyembah matahari dan bukan Allah.
Atas hal itu, Nabi Sulaiman AS segera menulis dan mengirim surat kepada Ratu Balqis. Isinya, ajakan untuk taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.
Mendapat surat itu, Balqis langsung mengumpulkan para menteri dan segenap pembesar kerajaannya untuk bermusyawarah. Balqis memulai dengan membacakan surat dari Nabi Sulaiman AS. Perhatikanlah an-Naml: 30-31 ini: ”Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: ‘Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri’.”
Setelah surat dari Nabi Sulaiman AS dibacakan, Balqis lalu meminta pendapat para pejabat yang hadir, sebaiknya harus bersikap bagaimana. Cermatilah ayat ini: “Berkata dia (Balqis): ‘Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini). Aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)’. Mereka menjawab: ‘Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu: Maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan’.” (an-Naml: 32-33).
Siasat Balqis
Ternyata, Balqis punya pendapat sendiri yang oleh peserta rapat dianggap lebih jitu dan lebih sempurna ketimbang yang mereka sudah sampaikan. Dalam pandangan Balqis, si pengirim surat yaitu Nabi Sulaiman AS tidak dapat dicegah keinginannya sebab dia memiliki pasukan yang tidak terkalahkan.
Lalu, Balqis memilih siasat ini: dia akan mengirim utusan kepada Nabi Sulaiman ASdengan membawa hadiah. Selanjutnya, Balqis akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.
Dengan cara itu, Balqis berharap dapat melunakkan hati Nabi Sulaiman AS. Lewat hadiah yang diberikannya, yang dikumpulkannya bersama seluruh keluarga kerajaan, Balqis berharap dapat menghentikan langkah dakwah Nabi Sulaiman AS.
Apa yang lalu terjadi? Nabi Sulaiman AS menolak mentah-mentah seluruh hadiah tersebut. Dia tak menerimanya meskipun hadiah-hadiah itu terdiri dari berbagai jenis harta yang menggiurkan.
Perhatikan ayat ini: “Dan sesungguhnya aku (Balqis) akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: ‘Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu” (an-Naml: 35-36).
Kisah tentang “Dakwah Nabi Sulaiman AS kepada Ratu Balqis” antara lain ada di an-Naml: 22-44. Sementara, penjelasan yang indah dan menarik atas kisah itu antara lain ada di buku “Kisah para Nabi” terbitan Pustaka Al-Kautsar (Ibnu Katsir, 2002: 833-841).
Inti pesan dari kisah di atas, Ratu Balqis lewat hadiah yang dikirimkannya hendak menyuap Nabi Sulaiman AS. Balqis berharap, dengan cara tersebut, Nabi Sulaiman As berkenan menerima hadiah itu dan lalu menghentikan dakwahnya.
Atas percobaan suap itu, Nabi Sulaiman As menolak tegas. Ini, sebuah sikap yang kukuh dan berbuah positif bagi Ratu Balqis. Inilah ayat yang mengabadikan kesaksian indah dari Balqis: “…. Yaa Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam” (an-Naml: 44).
Baca sambungan di halaman 2: Di Balik Tembok