Di Balik Tembok
Tembok Besar Cina atau Tembok Raksasa Cina adalah salah satu dari 7 Keajaiban Dunia. Tembok Besar Cina bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1987.
Ajaib, karena Tembok Besar Cina merupakan bangunan terpanjang yang pernah ada di dunia. Panjangnya, sekitar 21.000 kilometer. Adapun penggagasnya, Kaisar Qin Shi Huang dari Dinasti Qin pada abad ke-3 SM.
Ada sejumlah versi fungsi dari Tembok Besar Cina, di masa lalu dan sekarang. Pada masa Dinasti Qin, antara lain, difungsikan sebagai pencegah serangan dari bangsa Barbar.
Adapun fungsi Tembok Besar Cina sekarang adalah sebagai destinasi wisata unggulan. Hal ini karena bangunan bersejarah ini menjadi simbol kemegahan peradaban Cina di masa lalu, yang masih berdiri hingga sekarang.
Selain panjangnya yang wah, arsitekturnya juga megah. Inilah yang menjadi daya tarik Tembok Besar Cina sebagai destinasi wisata unggulan di Cina (baca: Fungsi Tembok Besar China di Masa Lalu dan Masa Kini?)
Mari konsentrasi, bahwa dulu, di antara fungsi Tembok Besar Cina adalah untuk mencegah serangan dari bangsa lain. Tapi, di titik ini, ada yang “menarik”. Ternyata, pada suatu waktu, begitu mudah menerobos bangunan kokoh itu. Tentang ini kita ikuti tulisan Ary Ginanjar di situsnya. Judulnya, “Kisah Tembok Cina”.
Bahwa, “Tahun 1600 Cina diserang oleh bangsa Mongolia dan tidak bisa ditembus. Pada tahun 1644 diserbu kembali, namun akhirnya bisa tembus oleh bangsa Mongolia. Apa strategi menembus tembok besar tersebut? Apakah dengan serangan yang lebih besar, apakah menggali parit, atau membuat terowongan, atau dengan membuat meriam?”
“Ternyata cara menembusnya sangat sederhana dan tidak banyak menimbulkan kerugian yang besar bagi bangsa Mongolia, yaitu dengan cara menyogok pasukan penjaga benteng Cina. Dengan demikian pasukan Mongolia bisa masuk melewati gebang yang dijaga pasukan Cina yang paling lemah” (sumber: http://aryginanjar.com/en/kisah-tembok-cina/).
Dari kisah di atas, ada pelajaran besar. Percuma ada bangunan kokoh yang dirancang untuk sulit ditembus musuh jika penjaganya berjiwa lemah. Lihat, dengan hanya menyogok atau menyuap pasukan penjaga, leluasalah pihak lawan masuk ke wilayah yang seharusnya dilindungi dengan sekuat tenaga.
Agar Tak Mengerikan!
Suap-menyuap sungguh berbahaya. Praktik tak terpuji ini merusak tatanan sosial. Lihatlah, sedikit gambaran akibat buruk suap-menyuap berikut ini.
Bahwa, suap-menyuap bisa menghilangkan kejujuran yang bisa berujung kepada hilangnya rasa saling percaya di tengah-tengah masyarakat. Suap-menyuap akan menyuburkan sikap malas sekaligus suka dengan jalan pintas. Suap-menyuap mudah memicu prasangka antarwarga masyarakat.
Cermatilah, betapa sungguh mengerikan akibat buruk yang ditimbulkan oleh suap-menyuap. Bacalah lagi berita pertama dari dua yang disebut di bagian awal tulisan ini. Bahwa, seorang rektor menerima suap terkait dengan penerimaan mahasiswa baru.
Atas kasus di atas, pertanyaannya: Pertama, akan seperti apa kualitas pendidikan di sebuah universitas jika pemimpin puncaknya punya sikap yang sangat tercela karena melakukan hal yang sangat terlarang? Kedua, senada, akan seperti apa mutu mahasiswanya jika dia masuk dengan cara yang tidak sah?
Berhati-hatilah! Jangan tergelincir pada praktik suap-menyuap. Dalam pandangan Islam, semua yang terlibat yaitu penyuap, yang disuap, dan yang memfasilitasinya mendapat laknat Allah. Berhati-hatilah, bahkan sekelas Nabi Sulaiman As pernah merasakan usaha penyuapan kepada dirinya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni