Aksi Hadapi Masalah
Dodik juga mengajak lihat tren untuk mengidentifikasi adanya masalah. “Apakah menurun atau stagnan? Targetnya tidak tercapai? Kurang dari daya tampung? Masalah!” ujarnya.
Artinya, kemungkinan ada masalah internal di organisasi. Misal, antara guru, kepala sekolah, dan Majelis Dikdasmen saling menyalahkan dan menghukum. Padahal, lanjutnya, yang lebih penting bagaimana penyelesaiannya.
Selain itu, menurutnya perlu ada validasi dan inovasi. “Validasi itu memastikan pengelolaan sekolah sesuai visi-misi dan sasaran sekolah. Inovasi itu melakukan atau mengadakan sesuatu yang baru belum pernah atau jarang dilakukan orang lain,” terangnya.
Dia lantas bertanya retorik, “Apa yang harus kita lakukan?” Menurutnya hanya ada dua pilihan, perang habis-habisan berdarah-darah atau pergi meninggalkan persaingan itu dengan membuat keunikan yang baru lagi. Yang kedua, dia menyebutnya sebagai strategi samudra biru, jauhi perang dengan inovasi baru.
Strategi lainnya, menurut Dodik, bisa dengan menambah segmen market baru, mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, menjadi sekolah penggerak, menyediakan layanan BK untuk studi lanjutan dan menelusuri minat anak.
Analisis PDB
Dodik menegaskan perlunya analisis positioning, differentiation, dan brand (PDB). Positioning adalah menganalisis kehadiran kita sebagai apa dan siapa di benak customer. “Sekolah ramah anak, sekolah tahfidh?” contohnya.
Kemudian analisis differentiation. “Keunggulan unik apa yang kita munculkan secara relatif terhadap competitor utama kita?” ujarnya.
Terakhir, brand. “Wujud rangkaian pengenal, kesan dan asosiasi costumer terhadap kita,” terangnya. Kemudian dia mencontohkan, misal SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik asosiasinya sekolah polisi cilik.
Yang terpenting, Dodik menegaskan, antara posisi, diferensiasi, dan brand harus selaras dan saling menguatkan.
Di ujung pemaparannya, dia mengimbau beberapa hal. Pertama, menulis strategi edumarketing sekolah masing-masing. Kemudian, libatkan seluruh elemen sekolah untuk menyusunnya.
Ketiga, tetapkan sebagai kebijakan pimpinan sekolah. Selain itu, laksanakan sungguh-sungguh, bukan trial and error. Terkahir, tinjau secara berkala. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni