Inovasi
Bermimpi besar itu penting namun tidak cukup untuk membesarkan sekolah, sebab itu kepala sekolah dan guru Muhammadiyah harus berinovasi. Melakukan sesuatu yang berbeda, bergerak dengan gerakan yang tidak sama dan berjalan dengan jalur dan rute yang berbeda dengan kompetitor. Kalau masih sama gerakannya, jalur dan karyanya tidak berbeda dengan kompetitor berarti kepala sekolah dan guru sekolah Muhammadiyah belum berinovasi dan belum berkreasi.
Suatu misal kalau sekolah kompetitor masuk pukul tujuh, maka guru dan karyawan sekolah Muhammadiyah seharusnya masuk kerja mulai pukul enam. Lebih cepat satu jam dibanding jam kerja kompetitor. Di jam tersebut, adakan gerakan shalat Dhuha berjamaah, dizikir, doa dan mengaji.
Wajibkan siswa berangkat dari rumah dalam kondisi berwudhu, membawa sajadah, al-Qur’an, mukena, buku dzikir dan doa. Ciptakan suasana dan aura sekolah Muhammadiyah yang super Islami.
Bermodal mimpi besar dan inovasi tidaklah cukup untuk membesarkan sekolah, kepala sekolah dan guru Muhammadiyah perlu melanjutkan kerja kerasnya dengan mem-brandingsekolahnya.
Pertegas apa jualan yang akan ditawarkan kepada masyarakat? Di mana titik utama keunggulan sekolah? Bagaimana mendesain dan mengemasnya? Simbol dan warna seperti apa yang akan disampaikan pada masyarakat? Apa jargon dan motto-nya sehingga mudah dikenal mereka? Bagaimana model pembelajarannya? Dan seterusnya.
Sesungguhnya tidaklah sulit membranding sekolah Muhammadiyah. Ustadz Syamsul Hidayat, sukses mengantarkan sekolah-nya dengan Tome Coffee. SMK yang ada di Tumijajar Lampung ini, di desa dan jauh dari keramaian, akhirnya kesohor ke seluruh dunia dengan branding kopinya.
Demikian pula di Jawa Timur ada Ustadz Sudarusman yang sukses mem-brandingsekolahnya dengan sebutan Sekolah Atlet. Anak-anak yang kurang berbakat dari sisi akademik, disulap menjadi anak yang berbakat di bidang seni dan olah raga. Kedua sekolah tersebut akhirnya menjadi sekolah idaman masyarakat.
Baca sambungan di halaman 3: Marketing