Muhammadiyah Itu antara Salafi dan Khalafi; Liputan Ain Nurwindasari, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Dalam hal-hal yang berkaitan dengan ibadah, kalau itu masuk masalah duniawi, maka Muhammadiyah tidak mengambil pada nash, tapi mengambil dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian disampaikan oleh Ketua PWM Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA, pada kegiatan Bimbingan Teknis Dai Komunitas PWM Jawa Timur di Hotel Horison, Gresik, Sabtu (27/08/2022).
Saad menerangkan Muhammadiyah menjalankan prinsip wasathiah (moderasi) dalam beragama. “Kan ada yang bilang Muhammadiyah itu enake wae. Shalat diambil yang paling sedikit, padahal bukan seperti itu. Muhammadiyah itu proporsional,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan sebenarnya Muhammadiyah dalam konteks pelaksanaan agama dinilai sangat salafi.
“Muhammadiyah sangat salafi dalam konteks ini, karena salafi itu paham mengambil pola yang diambil oleh para salaf. Nah para salaf itu lawannya khalaf. Dalam konteks ini, orang-orang yang hidup dalam waktu 0 tahun sampai masuk ke abad hijriah, itu masuk ke dalam salafun,” jelasnya.
“Maka orang khalaf termasuk kita-kita ini ketika beribadah itu mengikuti cara beribadah orang-orang salaf, maka paham itu disebut dengan paham as-salafiyyu,” terangnya.
Ia melanjutkan, “Tentu Muhammadiyah juga tidak semata-mata pahamnya salafiyyu di situ. Muhammadiyah juga pahamnya al-‘ilmiyyu, atau at-teknologiyyah, al-haditsah. Artinya mengambil juga al-ulum al-haditsah, al-ulum al-‘ashriyah,” terangnya.
Oleh karena itu, dalam masalah rukyatul hilal, Muhammadiyah tidak menggunakan rukyatul hilal bil ‘ani, tapi rukyatul hilal bil ‘ilmu.
Bistiqdami ilmil falaq (dengan menggunakan ilmu falak),” ungkapnya.
Ia pun menepis pendapat yang menolak ilmu falak lantaran ilmu tersebut tidak ada di zaman Nabi.
“Iya, tapi kalau seandainya itu ada di masa Nabi, maka Nabi pasti menggunakan ilmu falak. Kalau pada saat itu ada bus, mungkin Nabi nggak akan naik unta dari Mekkah ke Madinah,” jelasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Moderasi Beragama yang Benar