Shalat Jumat di Mekkah laporan dr Tjatur Prijambodo MKes, anggota Majelis PKU PWM Jawa Timur.
PWMU.CO– Bila berada di Mekkah dan ingin mengikuti shalat Jumat di Masjidil Haram, maka tiga jam sebelumnya para jamaah sudah harus masuk masjid.
Bila datang mendekati jam Duhur sudah tidak kebagian tempat. Full. Jamaah umrah yang tak bisa masuk ke dalam mereka harus rela ikut shalat Jumat di pelataran luar. Bahkan mbeber sajadah sampai di jalan-jalan.
”Kalau musim haji lebih padat lagi jamaahnya. Harus datang lebih awal lagi,” kata Hamka, muthowwif PT Relasi Laksana Wisata. ”Shalat Jumat di pelataran panas. Karena itu bawa sajadah, payung, dan air minum kalau berangkat shalat Jumat mepet waktunya.”
Atas saran itu M. Naufal Al Fajr dan M. Hafizh Al Ghifary, jamaah umrahPT Relasi Laksana Wisata milik PWM Jawa Timur. sejak pukul 09.30 sudah berada di dalam Masjidil Haram pada Jumat (26/8/2022). Menunggu waktu shalat Jumat dia kerjakan shalat Dhuha, membaca al-Quran, dan berdzikir.
Jam segitu bagian dalam masjid sudah penuh. Sementara di pelataran Kakbah, jamaah umrah masih ada yang thawaf. Bagian pelataran lainnya dibersihkan petugas.
Shalat Dhuha, mengaji, dan berdzikir rata-rata dilakukan jamaah di dalam masjid. Ada sebagian yang tidur karena capai hingga menunggu adzan. Adzan shalat Jumat berkumandang pukul 12.22 waktu Mekkah.
Surat Pendek
Saat adzan dikumandangkan, jamaah khusyuk menyimak, hingga mendengarkan khotbah yang disampaikan Syekh Faisal Al Ghazzawi dalam bahasa Arab. Radio Al Ula 90,5 FM yang biasanya menyiarkan terjemahan khotbah secara langsung, kali ini off siaran.
Hanya beberapa bagian khotbah yang dipahami Naufal dan Al Ghifar seperti ajakan bertakwa dan jangan mati sebelum menjadi muslim.
Khotbah selesai lalu shalat dua rakaat. Harapan dua anak dr Tjatur Prijambodo, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo ini bisa mendengar lantunan merdu surat al-A’la dan al-Ghasiyah dari imam Syekh Faisal Al Ghazzawi.
Harapan itu mendadak sirna ketika surat yang dibaca at-Takatsur dan al-Asr. Ya, al-Asr yang hanya tiga ayat. Tidak seperti umumnya imam di Indonesia sering terdengar membaca al-A’la, al-Ghasiyah, atau bagian surat Jumat.
”Mungkim imam baca surat pendek karena pertimbangan jamaah shalat beragam usia. Ada yang tua sehingga tak perlu panjang,” kata Naufal.
Keterangan bab bacaan imam waktu shalat dijelaskan dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib karya Imam Al Mundziri, menuliskan hadits Nabi Muhammad ﷺ:
وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى الْأَئِمَّةَ عَنِ التَّطْوِيْلِ بِالنَّاسِ وَيَقُولُ اِذَاصَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَاِنَّ فِيْهِمُ الضَّعِيْفَ وَالسَّقِيْمَ وَالْكَبِيْرَ وَذَاالْحَاجَةِ فَاِذَاصَلَّى لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَاشَاءَ. وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَفِّفُ الصَّلَاةَ مَعَ اِتْمَامِهَا.
Nabi Muhammad melarang kepada para imam memperpanjang bacaan (shalatnya) ketika dengan orang-orang (berjamaah). Nabi bersabda, ketika salah seorang dari kamu shalat untuk mengimami orang-orang maka ringankanlah. Karena sesungguhnya di antara orang-orang itu ada orang yang lemah, ada yang sakit, ada yang tua, ada yang mempunyai hajat. Apabila shalat sendiri, maka panjangkanlah sesukanya. Dan Rasulullah meringankan shalat jamaah, serta menyempurnakannya.
Editor Sugeng Purwanto