10 Sifat Kepribadian Muhammadiyah
Adapun inti kepribadian Muhammadiyah terdiri dari sepuluh sifat. Setiap warga Muhammadiyah harus berpedoman pada sifat-sifat yang prinsipnya bersikap moderat itu.
Sifat Pertama
Pertama, beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. “Dengan sifat ini maka setiap langkah Muhammadiyah harus mencerminkan perdamaian dan membawa hidup damai,” ujar penulis buku Sang Penggoda itu.
Jika ada yang tidak benar, lanjut Nur, tetap harus melakukan koreksi secara tegas tetapi lembut. “Komitmen Muhammadiyah pada kesejahteraan sangat tinggi. Teologi al-Maun sebagai penggerak menciptakan kesejahteraan,” terangnya.
Sifat Kedua
Kedua, memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiah. “Kita berpedoman, seribu kawan kurang, satu musuh berlebih,” ungkap Nur.
Dia menilai, orang merasa teduh bersahabat dengan orang Muhammadiyah. Mengingat, banyak cara Islam mengajarkan bagaimana membangun ukhuwah. “Mulai senyum tulus, berkata lembut, peduli derita orang lain, menghargai karya orang lain, saling menolong, dan lainnya,” urainya.
Nur juga memaparkan tiga ‘an’ yang harus dihindari untuk menjaga ukhuwah. Pertama, ojo njalukan (tidak meminta-minta). Kedua, ojo mbujukan (tidak berbohong). Ketiga, ojo ngamukan (tidak marah-marah). “Untuk bapak-bapak, saya tambah satu, ojo rabian!” candanya diikuti tawa peserta.
Sifat Ketiga
Ketiga, lapang dada, tidak gampang emosi; luas pandangan– tidak seperti katak dalam tempurung–dengan memegang teguh ajaran Islam, dan tidak gampang emosi.
An pertama, nyapaan (ramah, tidak angkuh). Kedua, entengan (suka menolong). Ketiga, loman (suka memberi). “Jangan nggenggem seperti petinju, terbukalah seperti pesilat,” tuturnya.
Sifat Keempat
Keempat, bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. “Kegiatan Muhammadiyah mengembangkan dakwah dan memajukan masyarakat, bukan ingin memperoleh kedudukan atau kekuasaan. Berbeda dengan partai politik!” tegasnya.
Sifat Kelima
Kelima, mengindahkan segala hukum dan Undang-Undang (UU), peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah. Nur menegaskan, “Muhammadiyah itu ormas yang taat pada hukum positif. Dia bisa menjadi contoh ormas lain untuk mematuhi peraturan,” terangnya.
Karena itu, lanjutnya, bila Muhammadiyah bersuara maka pertimbangan suara itu sudah matang. Dia menekankan, “Muhamamdiyah melalui Muktamar telah menerima Pancasila
sebagai Darul Ahdi was-Syahadah!”
Contoh lainnya, kata Nur, karyawan di AUM yang nikah siri harus dikeluarkan, karena orang yang nikah siri tidak patuh pada aturan UU. Dia menegaskan, “Ini Indonesia, mengindahkan segala hukum dan Undang-undang! Pak Yunahar keras sekali, keluarkan!”
Sifat Keenam
Keenam, amar makruf nahi munkar di segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik. “Amar makruf nahi mugnkar adalah napas gerakan Muhammadiyah, dilakukan bil lisan, bil hal, dan bil uswah,” terangnya.
Katanya, banyak kegiatan Muhammadiyah yang menginspirasi kelompok lain. “Kita masih banyak kekurangan namun diakui sebagai ormas paling tertib dan disiplin dibanding ormas lain,” imbuhnya.
Sifat Ketujuh
Ketujuh, aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam. Nur menuturkan, “Tidak boleh berpangku tangan! Harus terlibat memajukan dengan tujuan perbaikan dan perdamaian.”
Sifat Kedelapan
Kedelapan, kerjasama dengan golongan Islam mana pun dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan ajaran Islam serta membela kepentingannya. “Kunci bisa bekerja sama ialah mencari kesamaan dari masing-masing kelompok dan saling menghormati,” ujarnya.
Selain itu, kata Nur, setiap masalah diselesaikan
dengan win-win solution. Dia menambahkan, dalam bekerja sama, kepentingan Islam harus diutamakan.
Sifat Kesembilan
Kesembilan, membantu pemerintah bersama golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Dia menegaskan, “Muhammadiyah bukan kelompok oposisi, tetapi gerakan dakwah amar makruf nahi munkar untuk kesejahteraan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah!”
Sifat Kesepuluh
Kesepuluh, bersifat adil, korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana. “Dalam melihat setiap persoalan hendaklah obyektif sehingga bisa berbuat adil. Dalam menyelesaikan masalah, harus menyertakan kearifan,” ungkapnya.
Dia mengimbau, sepuluh sifat yang tercantum dalam kepribadian ini harus menjadi pegangan dalam melakukan aktivitas. Itulah, sambungnya, identitas bagi seluruh anggota Muhammadiyah.
Dia mengungkap, “Rumusan Kepribadian Muhammadiyah ini sudah berusia 60 tahun dan tidak ada perubahan sampai sekarang!” (*)