Tembus di Tahun 2021
Warsono mengisahkan akhirnya pada September 2021 Muhammadiyah bisa sedikit masuk.
“Banyak sekali anak-anak di situ, untuk membuat saingan, BMH (Baitul Maal Hidayatullah) mendirikan mushala, namun tidak dirawat, akhirnya kami manfaatkan,” terangnya.
Ia mengungkapkan masyarakat Kampung 1001 Malam kebanyakan mengais sampah.
“Pendekatan dengan modal, kita mengajak pak lurah dan lain-lain akhirnya bisa masuk, memberikan pelatihan las listrik. Jadi ketika kita berdakwah di kaum marginal modal kita besar,” ungkapnya.
Namun demikian Warsono optimis di Muhammadiyah itu tidak ada yang sulit kalau bersinergi
“Muhammadiyah kan kaya, cita-citanya kan menjadi donatur negara,” selorohnya.
Oleh karena itu Warsono mengimbau kepada peserta agar melakukan aksi untuk dakwah komunitas.
“Kalau kita memikirkan inovasi terus tidak akan berjalan, tapi jalan dulu nanti inovasi akan mengikuti,” tuturnya.
Ia melanjutkan, “Akhirnya kita bisa menempati mushala yang dibangun oleh BMH, kegiatan kami Sabtu dan Ahad. Sabtu untuk anak-anak, Ahad untuk ibu-ibu. Jadi kalau kita bisa merangkul anak-anak, kita juga harus bisa merangkul orang tuanya,” ungkapnya.
Warsono menjelaskan pentingnya assesment dan data base dalam dakwah komunitas marjinal ini.
“Semua selalu diawali dengan assesment, data base itu sangat penting, dan legalitas itu pasti harus ada,” terangnya.
Ia pun berharap agar materinya bisa menjadi inspirasi atau menggugah hati bapak ibu untuk beraksi di daerah masing-masing. Dan harus bekerja sama dengan yang lain.
“Dan jangan sampai mengatakan di daerah kami tidak ada komunitas. Masih banyak komunitas yang bisa kita jadikan lahan dakwah,” tandasnya. (*)