Jurnalistik dan Jaringan Orang-Orang Baik; kolom oleh M. Anwar Djaelani, aktif menulis artikel/opini sejak 1996 dan penulis sembilan buku
PWMU.CO – HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, M. Natsir, dan Hamka adalah tokoh-tokoh yang sangat kita hormati. Mereka Pahlawan Nasional.
HOS Tjokroaminoto (1882-1934), “Peletak Dasar Perubahan Sosial-politik di Indonesia”. Agus Salim (1884-1954) adalah “The Grand Old Man”, kata Soekarno.
Lalu, M. Natsir (1908-1993) merupakan pendidik, dai, pemikir, dan negarawan. Sementara, Hamka (1908-1981) adalah ulama, pemikir, sejarawan, dan sastrawan.
Ada yang istimewa dari keempat tokoh teladan itu. Mereka cakap menulis dan meninggalkan sejumlah judul buku. Bahkan, mereka juga mewariskan semangat bahwa berjuang melawan yang munkar dan menegakkan yang makruf bisa dilakukan lewat jurnalistik.
Berjuang lewat jurnalistik? Apa itu jurnalistik? Jurnalistik adalah keterampilan menulis karya jurnalistik berupa berita, feature, dan opini (Suryawati, 2014: h. 4).
Melalui produk jurnalistik yang mana HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, M. Natsir, dan Hamka berjuang? Perhatikan, mereka menulis opini yang lalu dipublikasikan. Benar, di masa penjajahan, mereka aktif menuliskan pendapatnya atas berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat. Mereka mengritisi situasi sembari memberi spirit perlawanan bagi bangsanya.
Belajar dan Praktik
Seperti telah disebut di atas, opini adalah salah satu bentuk karya jurnalistik. Bentuk yang lain adalah berita dan feature. Ketiganya memiliki daya gugah yang kuat. Ketiganya punya potensi membangunkan kesadaran masyarakat untuk “hijrah”, bergerak dari situasi tak baik ke kondisi yang baik bahkan jauh lebih.
Atas hal di atas maka cakap dalam menghasilkan karya jurnalistik yang baik adalah keterampilan yang semestinya diimpikan oleh banyak orang, terutama oleh segenap umat Islam. Hal ini karena jurnalistik bisa kita gunakan sebagai media dakwah yang sangat efektif.
Jurnalistik efektif bagi dakwah karena punya daya jangkau yang sangat luas. Jurnalistik (terutama yang berbasis digital) efisien bagi dakwah karena memiliki “masa pakai” sangat panjang bahkan abadi.
Terkait ini, hendaknya kita jangan berhenti di mimpi untuk terampil berjurnalistik dan menggunakannya untuk berdakwah. Caranya, bagaimana? Pelajarilah teorinya, cermati contoh-contohnya, dan langsung praktik. Hanya dengan langsung praktik terus-menerus, kecakapan menulis yang punya peran strategis itu akan kita miliki.
Tiga Pilihan
Menyeru kepada kebaikan, amat penting. Di antara jalannya adalah dengan mengabarkan kebaikan. Tanpa bermaksud agar dipuji orang, kabar kebaikan yang kita siarkan lewat karya jurnalistik berbentuk berita dan/atau feature berpeluang menginspirasi semua pembacanya. Dengan demikian, berita dan/atau feature yang kita buat dan sebarkan insya Allah bisa bernilai dakwah.
Perlu dipertegas bahwa kebaikan, di samping bisa disampaikan lewat berita yang biasanya pendek saja dan dengan bahasa yang lugas, juga dapat disampaikan lewat feature. Jika bentuk karya jurnalistik yang disebut terakhir ini yang kita pilih, maka kita lebih leluasa saat menulis karena penyampaiannya boleh panjang dan dengan bahasa yang lebih cair.
Berikutnya, usaha menyeru kebaikan dan/atau mencegah kemunkaran bisa kita sampaikan lewat karya jurnalistik berbentuk opini. Rata-rata media massa (terutama cetak) menyediakan rubrik opini yang bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat.
Opini adalah pendapat kita atas suatu masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Opini adalah pandangan kita atas suatu persoalan yang sedang hangat dibicarakan oleh banyak orang. Pendapat atau pandangan kita itu bertujuan untuk turut memberi jalan keluar atas problema yang ada.
Dengan cara rajin menulis opini/pendapat/pandangan, akan terbentuk jaringan orang-orang baik. Pertama, bagi yang berposisi sebagai penulis opini (yang rata-rata berisi tentang kebaikan) maka pasti mereka sendiri yang harus mewujudkan atas apa-apa yang diopinikannya. Kedua, bagi masyarakat yang membaca opini (tentang kebaikan) tersebut akan terpengaruh dan terbina untuk menjadi orang baik juga.
Terasa, betapa besar manfaat jurnalistik jika kita gunakan untuk kebaikan. Betapa menarik jika nilai dakwah ada pada berita, feature, dan opini yang kita buat dan sebarkan. Tentu, di titik ini, memahami lebih dalam apa itu jurnalistik dan terutama berlatih terus-menerus untuk terampil menghasilkan karya-karya jurnalistik sungguh penting.
Memang, besar harapan agar kita semua mahir dan aktif menghasilkan karya jurnalistik. Besar harapan supaya kita semua rajin dan konsisten menulis berita, feature, dan opini.
Mulai, Mulailah!
Terlebih di zaman sekarang, kebutuhan untuk terampil berjunalistik menjadi semakin mengemuka. Hal ini karena di masa kini ada media sosial yang sangat memungkinkan bagi semua orang untuk berperan dalam sebuah kegiatan yang disebut jurnalisme warga.
Mari bersama belajar jurnalistik. Caranya, pertama, bisa dengan mengikuti kelas-kelas pelatihan jurnalistik. Kedua, belajar melalui buku-buku panduan. Ketiga, ini yang paling bisa kita segerakan, belajar lewat cara langsung mencermati sebanyak mungkin contoh berita, feature, dan opini yang ada di berbagai media.
Atas ketiga pilihan cara belajar jurnalistik di atas, pilihlah salah satu atau dua di antaranya atau sekaligus ketiga-tiganya. Hanya saja, berdasar pengalaman saya, cara terbaik adalah yang ketiga.
Pada cara ketiga, perhatikan bagaimana orang menulis judul, membuka tulisan, membahas atau menguraikan topik, dan menutup tulisan. Pelajarilah lengkap unsur-unsur di atas pada berita, feature, dan opini sebab di masing-masing jenis karya jurnalistik itu punya alur yang khas.
Pada akhirnya, dalam berlatih untuk terampil di bidang berjunalistik, tak ada resep semanjur prinsip “3 M”. Apa itu? Prinsip “3 M” adalah “Mulai, mulai, mulailah!” Sungguh, hanya dengan cara ini yaitu langsung praktik, insya Allah kita bisa cakap dan produktif menghasilkan karya-karya jurnalistik.
Mau langsung berlatih, misalnya, menulis opini? Bacalah tiga berita di Agustus 2022 ini. Berita pertama: ‘Ojo Bandingke’ Goyang Istana, Menteri Kompak Joget (sumber https://www.cnbcindonesia.com/. Berita kedua: Rektor UIN KHAS Jember Nyanyi Dangdut di Masjid Saat Pengenalan Budaya Akademik (sumber https://www.detik.com/jatim 29 Agustus 2022). Berita ketiga: Mahasiswa UIN KHAS Jember Viral Joget di Masjid saat Pengenalan Kampus (sumberhttps://www.detik.com/jatim).
Setelah membaca ketiga berita di atas dengan cermat, apa opini kita? Apa pandangan kita atas peristiwa yang menyedot perhatian masyarakat itu? Tulislah, berilah masyarakat pencerahan untuk masalah tersebut.
Mari, menulislah! Ayo, mulailah untuk produktif menghasilkan karya jurnalistik! Jadilah orang baik dengan menjadi penulis karya jurnalistik seperti antara lain HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, M. Natsir, dan Hamka. Jadilah orang baik dengan membiasakan diri menjadi bagian dari mereka yang suka mengkonsumsi karya-karya jurnalistik yang baik. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni