Menulis Berita Jangan seperti Bikin Pamlet! Dirangkai dari tugas praktik menulis berita yang ditulis oleh Uswatun Chasanah (terbaik II praktik menulis berita utuh), Zeny Dwi Martha (terbaik III praktik menulis berita utuh), Hariyanti, Meriza S. Febriyanti, dan Ifandi Septa Adi.
PWMU.CO – Menulis berita jangan seperti bikin pamlet! Kalimat itu disampaikan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni dalam Pelatihan Jurnalistik, di Aula Gedung PDM Kota Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (3/9/2022).
Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo menggelar kegiatan yang dihadiri 17 peserta tersebut. Mereka berasal dari amal usaha Muhammadiyah (AUM) dan amal usaha Aisyiyah (AUA) se-Kota Probolinggo.
Membawakan materi bertema “Menulis Berita semudah Bercerita”, Fatoni, sapaan akrabnya, mengatakan, jangan membayangkan menulis berita itu sulit dan berat. Menurutnya, menulis berita itu mudah, semudah bercerita.
“Dan bukankah sehari-hari kita suka bercerita, ngerumpi, atau ngegosip. Semua itu prinsipnya sama dengan berita. Kita hanya perlu mengubahnya dari bahasa lisan menjadi bahasa tulisan,” terangnya.
Untuk membuktikan teorinya itu, Wakil Ketua Lembaga Komunikasi dan Informasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur tersebut meminta salah seorang peserta bercerita, tentang: keikustsertaannya dalam pelatiihan ini.
Ifandi Septa Adi—Guru Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 1 Kota Probolinggo—diminta menceritakan kronologisnya. Dia mendaftarkan diri pada tanggal 26 Agustus 2022 melalui Whatsapp group yang dibagikan oleh petugas tata usaha MIM 1 bernama Muhammad Imron Haris.
Ifan, panggilan karibnya, kemudian mengkonfirmasi kehadirannya pada acara ini, tanggal 30 Agustus 2022. Dia mengaku tertarik pada acara ini karena belum bisa menulis. “Saya merasa binggung untuk memulai menulis,” ujarnya.
Setelah Ifan bercerita, Fatoni menegaskan. “Nah apa yang diceritakan Pak Ifan ini sesungguhnya adalah berita. Kita tinggal mengubahnya dalam bentuk tulisan,” ujarnya. Dia pun meminta peserta mangikuti praktik pertama: menulis cerita Ifan menjadi tulisan.
Tantangan ini langsung disergap peserta. Mereka pun menulisnya ke dalam blocknote kertas. “Oh maaf, ini zaman digital. Tulis langsung di HP Anda dan nanti kirim melalui WhatsApp group pelatihan ini,” instruksinya. Fatoni berharap dengan menulis langsung di WhatsApp dia langsung bisa membaca dan menilainya.
Tantangan ini oleh Fatoni dianggap sebagai pretest, karena mereka menulis berita sebelum mendapat teori narasumber. Sekitar 10 menit, masuklah tulisan para peserta. Dan Fatoni memilih satu yang dia anggap terbaik, yakni kiriman Zeny Dwi Martha, peserta dari SMK Muhammadiyah 1 Kota Probolinggo.
Berikut tulisannya:
“Pada hari Sabtu, Tanggal 03 September 2022 Majelis Pustaka mengadakan kegiatan Pelatihan Jurnalistik yang bertempat di Gedung Ahmad Dahlan Muhammadiyah Kota Probolinggo. Acara ini dihadiri oleh beberapa Guru dan Staff AUM yang ada di Muhammadiyah. Dari beberapa peserta, hadir seorang guru dari MI Muhammadiyah 1 Kota Probolinggo yang bernama Ifan Dwi Septa Adi. Bapak Ifan ini sebagai Guru Walikelas di MIM 1.
Menurut beliau, pelatihan ini sangat berkesan karena beliau belum pernah menulis berita. Beliau mendapatkan informasi pelatihan ini dari rekannya yang bernama Ustad Muhammad Imron Haris yang juga bekerja di MI Muhammadiyah 1 Kota Probolinggo.
Beliau mendaftar lewat platform whatsapp dengan menuliskan identitas lengkap. Kemudian dikonfirmasi lewat whatsapp pada tanggal 30 September. Alasan beliau mengikuti pelatihan ini, karena masih bingung cara untuk menulis berita yang benar.”
Menganalisis Tugas Praktik ke Teori
Fatoni memuji tulisan tersebut. Karena dianggap terlengkap dan sudah ada tambahan konteks dari cerita Ifan. Dia lantas mengupas tulisan Zeny tersebut. Fatoni mengurai satu per satu naskah tersebut, untuk mengevaluasi, membetulkan, dan mengajak peserta masuk ke dalam terori jurnalistik secara tidak langsung.
Alumnus S1 Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya tahun 1992 itu, memilah apa saja yang ada dalam cerita Ivan ynga ditulis oleh Zeny. Pertama, ada pelaku atau siapa (who). Yaitu MPI PDM Kota Probolinggo, Ifandi Septa Adi, dan Muhammad Imron Haris. Kedua, tempat (where), yaitu Gedung Ahmad Dahlan Muhammadiyah Kota Probolinggo yang terkoreksi menjadi Aula Gedung PDM Kota Probolingo.
Ketiga, ada waktu: kapan (when) yakni tanggal Ifan mendapat informasi (26/8), Ifan mendaftar (30/8), dan pelaksanaan kegiatan (3/9). Dan keempat, nama peristiwa atau kejadian; apa (what), ialah pelatihan jurnalistik.
Menurut ayah lima anak tersebut, sebuah berita, seperti juga cerita atau ngerumpi, pasti mengandung empat unsur W (who, where, when, dan what). Menurutnya, jika sebuah berita atau cerita mengandung empat hal itu maka sebenarnya sudah cukup menjadi kabar tentang suatu peristiwa.
“Tapi berita yang seperti itu, kayak pamflet sehingga bisa disebut juga berita pamflet,” katanya. Dia menjelaskan, seperti pamplet berita 4W hanya menggabarkan secara singkat tentang suatu peristiwa. Fatoni juga menyebut berita seperti ini layaknya caption alias keterangan foto. Menurut dia, caption dibilang sempurna kalau mengandung unsur 4W itu.
Karena itu pria kelahiran Lamongan tahun 1969 itu mengajak peserta menulis berita lebih jauh dari sekadar berita pamlet. “Maka berita yang baik itu mengandung unsur mengapa (why) dan bagaimana (how) sehingga lengkap 5W1H,” ujarnya.
Dalam cerita Ifan di atas sebenarnya sudah ada why-nya. Yakni alasan dia mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut: ‘masih bingung cara untuk menulis berita yang benar’. Juga bagaimana (how) dia mengikutinya: dengan mendaftar dan datang mengikuti acara.
“Tetapi belum digali lebih dalam. Karena itu perlu melakukan wawancara lebih jauh juga mendiskripsikan bagaimana saat dia menguti acara,” tegasnya.
Tidak berhenti di situ, Fatoni juga langsung memberikan tugas praktik kedua setelah peserta mendapatkan teori 5W1H. Kali ini tugsanya adalah menulis lead atau teras berita tentang pelatihan jurnalistik ini; dengan tulisan yang to the point, efektif, dan efisien—sebagai ciri lead straight news alias berita langsung.
Sama seperti tugas pertama, hasil praktik kedua inipun dibahas bersama. Menjelang penyampaian materi berakhir, Fatoni memberi tugas utama membuat berita utuh dari acara ini, yakni mengambil sudut pandang MPI PDM Kota Probolinggo melaksanakan kegiata . Tidak hanya teori menulis, Fatoni juga memberikan dan mengajak praktik bagaimana menghasilkan foto jurnalistik yang baik.
Penyampaian Fatoni yang tanpa terkungkung dalam teori belaka itu mendapat apresiasi Ketua MPI PDM Kota Probolinggo Didik Sukarsidi.
“Saya apresiasi cara Pak Fatoni menyampaikan materi yang mengalir tanpa terpaku teori. Tapi banyak memberikan tugas sehingga peserta bisa langsung praktik,” ujarnya. (*)