UMSurabaya Donasi Rp 50 juta Pembangunan Panti Putra-Putri Muhammadiyah Kota Probolinggo; Liputan Kontributor PWMU.CO Probolinggo Uswatun Chasanah.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo menggelar Kajian Ahad Pagi di Graha Ahmad Dahlan, Jalan Soekarno-Hatta No. 95B, Kita Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (4/9/22).
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) Dr dr Sukadiono MM menjadi narasumbernya. Sekitar 500 jamaah dari warga dan simpatisan Muhammadiyah hadir di sana. Kegiatan ini rutin diadakan tiap bulan, tepatnya pada Ahad pertama.
Kali ini, kajian dibuka Sholeh Ridho, pembawa acara dari PDM. Kemudian, Abdul Qodir–siswa kelas XII SMK Muhammadiyah 1 Probolinggo–membaca ayat suci al-Quran.
Berikutnya, saat sambutan, Ketua PDM Kota Probolinggo Drs Masfuk MPdI menyampaikan sejarah lahirnya Muhammadiyah. Organisasi yang KH Ahmad Dahlan dirikan itu, kata Masfuk, diawali dengan pendirian madrasah ibtidaiyah.
Masfuk mengutip pesan Kiai Ahmad Dahlan, “Dadio kiai sing kemajuan!” Yang dia maksud, jadilah kiai yang berkemajuan atau berkeilmuan. Pendirian madrasah inilah yang jadi cikal bakal berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah di Indonesia.
Implementasi Membumikan Islam Berkemajuan
Dalam acara inti Kajian Ahad Pagi, Sukadiono awalnya mengenang 2,5 tahun yang lalu ia juga hadir di sana dan pada acara yang sama. Dia mengaku lebih senang dipanggil dokter dari pada rektor. Menurutnya, gelar dokter melekat seumur hidup dalam dirinya, sedangkan rektor hanya beberapa tahun saja.
Pria kelahiran Jombang, 18 Desember 1968 itu kemudian menyampaikan tema kajian ‘Membumikan Islam Berkemajuan’. Dia memulai dengan contoh perbedaan pendirian perguruan tinggi (PT) di Malaysia dan Indonesia.
Sukadiono mengungkap, untuk mendirikan PT di Malaysia harus diakreditasi dulu, baru mahasiswa bisa daftar. Berbeda dengan PT di Indonesia. Jika ada gedung–meskipun sewa–sudah bisa menjaring mahasiswa, baru membangun gedungnya. “Lika-liku proses pendirian sekolah merupakan implementasi membumikan Islam berkemajuan,” katanya.
Sama halnya dengan pendirian UMSurabaya, penuh lika-liku. “Sekarang sudah menjadi milik warga Surabaya. Bahkan UMSurabaya merupakan salah satu supporter Persebaya,” imbuhnya.
Punya Tauhid Murni
Menurut Sukadiono, ada lima hal yang harus dimiliki supaya bisa menjadi Islam yang berkemajuan. Pertama, orang Muhammadiyah harus memiliki tauhid yang murni sehingga siap menghadapi berbagai macam ancaman. “Tauhid yang murni menumbuhkan rasa percaya diri,” ujarnya.
Dia mengutip al-Fusshilat ayat 30. Artinya, “Tuhan kami adalah Allah. Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
Tak hanya pendirian PT, kata Sukadiono, pendirian rumah sakit Muhammadiyah (RSM) juga penuh perjuangan. Namun pada akhirnya membuahkan hasil. Contohnya RSM Kediri jadi rujukan Covid-19. Tahun 2021, bisa mendapatkan Rp 4,1 miliar.
“Dengan Tauhid yang murni akan menjadi orang yang optimis. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah akan diberikan jalan keluar dan mendapat kemudahan dengan rezeki yang tidak disangka-sangka,” kata Wakil Ketua PWM Jawa Timur itu.
Contoh lainnya, UM Tangerang bisa membangun 19 lantai, UM Makassar 17 lantai, Unmuh Lamongan 10 lantai. “Fakultas Kedokteran (FK) UMSurabaya bisa mendapat dana sampai Rp 60 Miliar. Pendaftar FK UMSurabaya sampai ratusan, yang diambil hanya 33 mahasiswa,” ungkapnya.
Empat Hal Lain Jadi Islam Berkemajuan
Kedua, melembagakan amal shalih yang bermanfaat dan solutif. “Iman tanpa amal shalih pincang!” katanya. Dalam hal ini, Muhammadiyah ingin mengimplementasikan dengan membangun amal usaha Muhammadiyah (AUM).
Ketiga, orang Muhammadiyah harus berorientasi kekinian dan masa depan. “Pada 1921, KH Hisyam ingin mendirikan PT yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekarang sudah ada 172 PT Muhammadiyah di Indonesia,” ungkapnya.
Contoh lain, Kiai Sujak ingin Muhammadiyah punya rumah sakit. Dimulailah pendirian PKU Muhammadiyah pada 1923, kemudian lahir PKU Muhammadiyah Surabaya tahun 1924 yang merupakan cikal bakal Rumah Sakit Muhammadiyah.
Keempat, orang Muhammadiyah harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. “Islam berkemajuan adalah Islam yg mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman,” katanya. Jadi, boleh berkemajuan dengan landasan tauhid murni.
Kelima, Muhammadiyah harus toleran, moderat, dan suka bekerja sama. “Islam berkemajuan tidak gampang menghakimi orang lain, tidak gampang menyalahkan orang lain,” tegasnya.
Di akhir pembicaraan, dia menyampaikan harapannya. “Mudah-mudahan, lima hal tadi bisa menginspirasi seluruh warga Muhammadiyah,” ujarnya.
Dokter itu juga menyampaikan sumbangan dari UM Surabaya untuk pembangunan Panti Putra Muhammadiyah Probolinggo sebesar Rp 50 juta. Karena panti putri juga sedang membangun, maka Ketua PDM Kota Probolinggo membagi sumbangan untuk panti putri juga. Masing-masing panti mendapat sumbangan Rp 25 juta. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN