Membuat Batik Ecoprint Teknik Pounding ala SMAM 1 Trenggalek. Selain teknik pounding sebenarnya ada tekkie lain: steaming dan fermentasi.
PWMU.CO – Proyek mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan siswa SMA Muhammadiyah (SMAM) 1 Trenggalek, Jawa Timur, mempraktikkan pembuatan batik ecoprint, Jumat (2/9/2022).
Kegiatan ini dilaksanakan di gedung SMAM 1 Trenggalek yang berlokasi di Kampus Putri Muhammadiyah Boarding School (MBS) Trenggalek. Pembinannya Candra Dwi Aprida SPd, guru Prakarya dan Kewirausahaan.
Ustadzah Candra, sapaannya, menjelaskan proses pembuatan ecoprint yang berlangsung dalam dua kali pertemuan.
“Dalam proses pembuatan ecoprint itu, mereka tidak langsung praktik. Mereka saya kasih teori dulu. Tekniknya apa saja, cara membuatnya bagaimana, kita mau pilih teknik apa yang mudah. Kemudian, baru mereka bisa praktik di pertemuan berikutnya,” jelasnya.
Pertemuan pertama, Jumat (26/8/2022), membahas tentang apa itu ecoprint, teknik dan cara membuatnya.
“Ecoprint itu teknik cetak motif di media kain dari bahan alam. Motifnya itu dari daun, bunga, batang yang nanti bisa menghasilkan motif yang unik dan otentik,” terangnya.
Kemudian, pembuatan ecoprint ada tiga teknik, yaitu teknik steaming (kukus), teknik pounding (pukulan) dan teknik fermentasi daun.
“Kita juga berdiskusi kira-kira teknik apa yang akan kita praktikkan. Memang anak-anak di pondok terbatas dalam aktivitasnya. Jadi ya, kita cari teknik apa yang tidak ribet. Dan kita sepakat menggunakan teknik pounding (pukul),” jelasnya.
Teknik pounding ini paling mudah dilakukan. Tidak perlu mengukus dan waktunya singkat.
Teknisnya, siswa dibagi menjadi 10 kelompok. Persiapan dilakukan dari hari Kamis(1/9/2022) dengan menyiapkan alat dan bahan yaitu membeli kain, mencari daun, serta mencari batu (pengganti palu), tawas, dan garam.
Proses awal pembuatan ecoprint ini dengan modrant kain yang diperlukan untuk membuka pori-pori kain, agar pewarna dari daun dapat meresap dengan baik.
“Kain yang kita gunakan kain katun putih (mori). Proses modrant itu, kain dicuci bersih, kemudian menyiapkan tawas dan air hangat dicampur. Kemudian kain dimasukkan dalam larutan itu, direndam semalaman,” terangnya.
Setelah semalam direndam, kemudian pagi diangkat dari rendaman, diperas dan langsung dijemur sampai kering. Dan proses modrant kain sudah selesai.
Setelah itu, proses selanjutnya pembuatan ecoprint. “Peletakan sebelum dipukul, dari bawah: plastik, kain, dan daun. Daun hanya diisi setengah dari kain saja, kemudian kain setengahnya ditekuk di atasnya. Barulah dimulai teknik pounding,” tuturnya.
Teknik pounding ini merupakan teknik memukulkan daun atau bunga ke atas kain menggunakan palu atau batu untuk mengekstrak pigmen warna.
Pembuatan ecoprint ini berlangsung sekitar tiga jam. “Setelah selesai cetak motif, anak-anak saya beri tugas untuk penguncian warna. Dengan cara merendam hasil ecoprint dengan tawas dan garam selama satu jam. Kemudian dijemur sampai kering,” tuturnya.
Proses akhir pembuatan ecoprint yaitu mencuci kain dengan diterjen dan disetrika setelah kering. Dan ecoprint sudah jadi 100 persen.
“Produk ini kita simpan dan rawat. Jika di Trenggalek ada kegiatan pameran, kita siap untuk menunjukkan karya unik dan otentik dari siswa kita, yang memanfaatkan bahan-bahan dari alam dan juga mempunyai daya jual bagi penikmatnya” jelasnya.
Di akhir sesi, Candra menjelaskan, mapel Prakarya dan Kewirausahaan ini merupakan mata pelajaran produktif. Dari pembelajaran ini, dapat melatih siswa untuk berkreasi dan berinovasi secara kreatif dan juga menghargai segala proses dalam mencipta.
“Dari kerja sama, kerja keras, dan ketelatenan mereka, semoga menambah semangat, memotivasi dan selalu giat untuk mengekspresikan ide kreatifnya yang dapat dituangkan dalam karya cipta,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni