PWMU.CO– Sejarah Muhammadiyah Pare dikupas oleh sesepuh Ustadz H Sjar’i Muzammil (81) ketika dikunjungi di rumahnya Jl. Mastrip Pare Kediri, Jumat (2/9/2022).
Dia menceritakan, Muhammadiyah masuk Kota Pare Kabupaten Kediri berawal dari Desa Sumberagung sekitar tahun 1927. Sekarang Sumberagung menjadi dusun di Desa Krecek Kecamatan Badas.
”Orang yang pertama kali membawa paham Muhammadiyah adalah Kepala Desa Sumberagung. Haji Manan namanya. Dia bersama Niti Harjo, H Anwar, dan H Shohib, merintis berdirinya organisasi Muhammadiyah,” kata Ustadz Sjar’i Muzammil yang lulusan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang.
Setelah berdakwah selama 12 tahun, akhirnya resmi berdiri Cabang Muhammadiyah Pare tahun 1939. Yaitu disahkan dengan Surat Ketetapan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 732 tanggal 7 Rajab 1358 Hijriyah atau 25 Agustus 1939 Miladiyah. Kedudukannya di bawah Muhammadiyah Majelis Consul Kediri.
Setelah berdiri Cabang, Pimpian Pusat Muhammadiyah mengirim mubaligh hijrah lulusan Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta bernama Basoeki Niti Rogo dan SA Soewito. ”Jadi Cabang Pare itu pusat dakwahnya dulu di Sumberagung,” ujarnya.
Kemudian berdiri amal usaha Panti Asuhan Muhammadiyah Pare dengan pengasuh H Manan sendiri. Panti menempati rumah milik H Anwar Jl. Gede, dulu Jl. Kauman, Gang 1/4 Pare. Rumah itu sekarang berkembang menjadi gedung MI Muhammadiyah 1 Pare.
”Panti Asuhan Muhammadiyah Pare merupakan amal usaha Muhammadiyah pertama kali yang didirikan oleh generasi awal perintis Muhammadiyah Pare,” katanya menjelaskan sejarah Muhammadiyah Pare lebih detail.
MI Muhammadiyah dan SMP Muhammadiyah waktu pendiriannya hampir bersamaan sekitar tahun 1950.
Ketua PCM Pare sejak tahun 1930 masih tercatat. Yaitu H Manan (1930-1940), Niti Harjo (1940-1945), H. Anwar (1945- 1950), H. Shohib (1950-1955), SA Soewito (1955-1960), KH Basoeki Niti Rogo (1960 -1980), MC Kasimo (1980 – 1985), H Thoha al-Azis (1985-1995), H Sjar’i Muzammil (1995 – 2005), H Syamsul Ma’arif (2005 -2015), dan HM Effendi (2015 – 2022).
Ustad Sjar’i menerangkan, di era tahun 1960-an, Muhammadiyah Pare terkenal drumbandnya. Kalau mendatangi pengajian itu juga jalan kaki.
”Dalam bulan puasa, para tokoh Muhammadiyah Pare berkumpul mengadakan tadarus. Isinya pengajian setiap malam,” tuturnya.
Ustadz kelahiran Kemendung Sekoto Badas Kediri itu menambahkan, dalam kajian rutin tiap malam itu para perintis Muhammadiyah Pare menghadirkan tokoh-tokoh Muhammadiyah Jawa Timur seperti KH AW Suyoso, KH Nashirun dan lainnya.
”Tokoh lokal Pare juga diundang seperti guru pendiri Kampung Inggris Mr Kalend Osen dan Ustadz Achmad Yazid yang memiliki keahlian berbahasa asing Arab dan Inggris,” katanya.
Menurut dia, PCM Pare merupakan inisiator berdirinya Muhammadiyah se eks Karesidenan Kediri. Jadi tokoh Muhammadiyah dari Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk pernah mengaji di Pare. Kemudian mendirikan Muhammadiyah di kota mereka masing-masing.
Ustadz Sjar’i Muzammil teringat wasiat KH Basoeki Niti Rogo kepadanya. ”Dik, mendirikan Muhammadiyah itu sulit, maka Muhammadiyah Pare ini saya serahkan kepada Dik Sjar’i dan Dik Nur Hasan Yazid supaya di-openi. Mendirikan SD, SMP juga tidak gampang, tolong supaya di-openi betul,” ceritanya.
Secara terpisah staf ahli DPR Nu’man Iskandar menambahkan, sebelum menjadi Cabang Pare yang diresmikan tahun 1939, status Muhammadiyah Pare adalah grup.
Perkembangan Muhammadiyah Pare juga tak lepas dari peran H Nazir, tokoh Sarekat Islam yang erat berhubungan dengan KH Mas Mansur, sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya.
KH Ahmad Dahlan sendiri penasihat Sarekat Islam yang berkeliling kota-kota di Jawa Timur mengisi kegiatan partai sekaligus dakwah Muhammadiyah.
”Rumah Haji Nazir di sebelah utara Masjid Taqwa Pare. Haji Nazir memimpin delegasi SI pada Kongres SI di Pekalongan tahun 1926 yang salah satu keputusannya adalah mendisiplinkan PKI dari Sarekat Islam,” katanya.
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto