Mahasiswa UMG Ajak Warga Bawean Bikin Pupuk Kompos, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Dina Rosyidah
PWMU.CO – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) memberikan materi pembuatan pupuk kompos dari limbah rumah tangga di Balai Desa Kabontelukdalam, Kecamatan Sangkapura, Kabipaten Gresik, Jawa Timur, Selasa (2/8/22).
Koordinator kegiatan Riska Indah Guritno Gita Pertiwi mengatakan pembuatan pupuk kompos ini memanfaatkan sisa sayuran atau makanan dengan tujuan memanfaatkan limbah rumah tangga.
“Pemakaian pupuk kimia menimbulkan dampak yang merusak tanah lahan pertanian. Tanah yang diberi pupuk kimia secara terus-menerus, maka unsur haranya berkurang. Efeknya kebutuhan pada tanaman akan terganggu, sehingga pertumbuhan dan jumlah produktivitasnya juga terganggu pula,” ujarnya.
Maka, lanjutnya, supaya tidak terjadi masalah pada lahan pertanian akibat penggunaan pupuk kimia, penggunaan pupuk organik juga dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan kerusakan lahan.
Pupuk Kimia
Riska Indah Guritno Gita Pertiwi menegaskan pemakaian pupuk kimia pada lahan pertanian memang dapat menyuburkan tanah secara cepat. Cara ini memang paling umum dilakukan oleh kebanyakan petani saat ini.
“Zat yang terkandung pada pupuk kimia memang efektif mempercepat kesuburan tanah, namun zat-zat tersebut juga bersifat merusak kesuburan pada tanah jika digunakan terus-menerus serta melebihi dosis,” katanya.
Selain itu, sambungnya, penggunaan pupuk kimia Juga dapat menimbulkan ketergantungan, sehingga meningkatkan pula biaya produksi.
Pembuatan Pupuk
Riska Indah Guritno Gita Pertiwi menjelaskan pembuatan pupuk kompos selain diterapkan pada lahan pertanian agar tidak ketergantungan terhadap pupuk kimia, tujuannya untuk mengurangi keberadaan sampah rumah tangga yang begitu melimpah namun kurang termanfaatkan.
“Salah satu solusi yakni pengembangan komposter sampah rumah tangga untuk mendukung lingkungan berkelanjutan di Desa Kebontelukdalam ini. Sampah rumah tangga yang terbuang nantinya dipilah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah rumah tangga inilah yang nantinya akan dikomposkan.”
Komposter ini merupakan alat yang digunakan untuk membantu proses pengomposan. Di depan Ibu PKK, dia memperaktikkan cara pembuatan pupuk. Pertama, sampah rumah tangga dimasukan pada komposter yang sebelumnya sudah diisi dengan media tanam berupa tanah, kedua lalu dibantu dengan mikroorganisme yaitu air leri (bekas cucian beras), dan ketiga diberi EM-4 yang mampu mempercepat proses dekomposisi.
Proses Pengomposan
Riska Indah Guritno Gita Pertiwi mengatakan berdasarkan ketersediaan oksigen bebas, mekanisme proses pengomposan dibagi menjadi 2, yaitu pengomposan secara aerobik dan anaerobik.
“Pengomposan secara aerobik merupakan proses pengomposan yang memerlukan ketersediaan oksigen. Sedangkan pengomposan secara anaerobik merupakan proses pengomposan yang tidak memerlukan ketersediaan oksigen, namun hanya memerlukan tambahan panas dari luar.”
Dia memaparkan kualitas kompos ditentukan tingkat kematangan kompos seperti warna, tekstur, bau, suhu, pH, serta kualitas bahan organik kompos. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya persaingan penyerapan bahan nutrient antara tanaman dan mikroorganisme tanah.
Kurangi Limbah
Ketua PKK Sakinatul Munawarah mengucapan terima kasih kepada mahasiswa KKN UMG yang telah memberikan penjelasan pembuatan pupuk kompos serta mengedukasi limbah rumah tangga pada warga.
“Semoga ibu-ibu PKK ikut membantu mengurangi limbah rumah tangga lebih aktif dalam kegiatan meningkatkan perekonomian dan SDM. Terima kasih kepada mahasiswa KKN yang telah mau menyalurkan ilmunya,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.