TK Ini Kenalkan 16 Permainan Tradisional agar Tidak Punah, liputan kontributor PWMU.CO Surabaya Muhammad Syaifudin Zuhri
PWMU.CO – Ratusan siswa imut berbusana Jawa berblangkon dan berkebaya. Mereka semua tampak antusias mencoba 16 permainan tradisional saat puncak tema pembelajaran Asyiknya Bermain Tradisional di TK Aisyiyah 5 Surabaya, Selasa (6/9/22).
Hari itu, sebanyak 160 siswa dibagi dalam kelompok kecil terdiri 20 anak. Perkelompok berkesempatan mencoba tiap permainan tradisional dalam durasi 15 menit. Setelah itu, mereka berpindah mencoba permainan lain.
Kepala TK Anik Hariati SThI mengatakan sekolah menerapkan 8 sentra pembelajaran. Di puncak tema kali ini masing-masing kelas sentra menyiapkan 2 permainan tradisional. Total ada 16 permainan tradisioanal khas Jawa Timur.
“Masing-masing kelas setra, menyiapkan satu permainan memakai alat dan satu tidak pakai alat. Jenis permainan ditentukan masing-masing kelas sentra, namun tetap dikoordinasikan agar tidak sama,” ujarnya.
Mengenalkan 16 permaian tradisonal dalam pembelajaran puncak tema ini, sambungnya, bertujuan agar permainan tradional tidak punah. Mengingat anak-anak sekarang lebih senang bermain hp dan gadget.
Permainan Gobak Sodor
Anik Hariati menjelaskan ada 16 jenis permainan tradisional Jawa Timur yang dikenalkan. Antara lain gobak sodor, bol-bolan, karambol, si miskin dan si kaya, bakiyak batok, lempar karet, ular tangga, dakon, ontong-ontong bolong, gasing, cublak suweng, jaranan, engkle, lompat tali, jago kluruk, dan egrang
“Ada satu permainan tradisional yang tidak dimainkan, tapi cuma dikenalkan. Yakni, egrang karena dapat alatnya cuma satu. Tiap kelas sentra harus menyiapkan, mengenalkan tata cara permainan itu dan mengajak langsung anak-anak memainkan dua permainan tradisional di tiap kelas sentra,” paparnya.
Guru kelas sentra olah tubuh, Suprasyo Dwi Ariyani SPd mengatakan dalam kegiatan ini mengenalkan 2 jenis permainan tradisional cublak-cublak suweng dan egrang kayu. Namun karena sulit mencari egrang kayu ukuran kecil untuk anak-anak TK, akhirnya dia hanya mangajak anak-anak mengikuti permainan cublak-cublak suweng.
“Inti pemainan cublak-cublak suweng cukup sederhana, hanya mencari siapa orang memegang batu permainan. Tapi terkesan seru dengan lagu atau tembang jawanya dan gerak tangan penuh keceriaan,” terangnya.
Konon, lanjutnya, dirinya butuh waktu untuk menghafal dan mengingat-ingat kembali beberapa tembang Jawa untuk permainan yang dulu sering dia mainkan saat kecil dulu. Kini, ingin dia ajarkan kepada siswanya. “Cublak-cublak suweng, uwenge ting geleter, mambu ketundung gudhel, Pak empong lerak-lerek, sopo ngguyu ndelekakhe, sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.”
Permainan Bakiyak Batok
Sementara di kelas sentra lain, guru kelas sentra seni peran Lilik Qomariyah SPdI. Dia sibuk menyiapkan permainan bakiyak batok (tempurung kelapa) dan permainan gerak lagu Si Kaya dan Si Miskin. Meski terkesan agak sensitif dan diskriminatif. Ternyata permainan ini mengambarkan dialog antara orang kaya yang ingin meminta anak dari orang miskin yang banyak anak.
“Permainan asli Betawi ini. Skenarionya, si kaya meminta anak kepada si miskin sambil bernyayi dan bergerak maju mundur. Serunya, setelah anak si miskin habis di serahkan ke si kaya. Giliran si miskin minta anaknya kembali, si kaya bertahan dan melindungi seluruhnya anak agar tidak bisa diambil si miskin,” terangnya yang berharap agar permainan ini tidak ditafsirkan macam-macam.
Seluruh siswa tampak bergembira bisa berkesempatan mencoba 16 permainan tradisional. Ada beberapa permainan sudah mereka kenal dan banyak yang belum mereka kenal. Bahkan baru tahu di hari itu. Di antara yang sudah populer bagi siswa TK Aisyiyah 05 Surabaya. Seperti karambol, gasing, engkle, dan jaranan. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.