Kisah Nur Cholis Huda Membiayai Saudaranya dari Menulis, liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Situbondo Sugiran.
PWMU.CO – Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menggelar Pelatihan Menulis Opini Produktif dan Inspiratif, Sabtu (10/9/2022).
Acara ini digelar di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya. Kegiatan ini dihadiri 80 peserta yang merupakan kontributor PWMU.CO se-Jatim
Hadir sebagai pemateri dua Wakil Ketua PWM Jatim, Drs Nur Cholis Huda MSi dan Prof Dr Biyanto MAg. Mengawali paparannya dengan tema Menjaring Inspirasi Jadi Tulisan, Nur Cholis Huda melontarkan pertanyaan bagaimana penulis mendapatkan ide sehingga seperti tidak kehabisan bahan.
Menurutnya, pertama ide harus dicari dan tidak datang dengan sendirinya. Jadi memang harus dicari. Menemukan ide itu juga seperti orang menangkap ikan.
“Kadang dengan mudah ikan tertangkap jaring, kadang susah menunggu lama, dipancing-pancing tidak muncul juga. Tetapi kadang ikannya sendiri yang datang bahkan minta ditangkap. Yang paling enak tiba-tiba ide datang dengan sendirinya. Jadi ide itu kadang tidak susah didapatkan, tetapi kadang susah sekali,” ujarnya.
Menulis Itu Membahagiakan
Bagi Pak Nur, sapaan akrabnya, menulis itu membahagiakan. Teruslah menulis karena menulis itu membahagiakan. Sekurang-kurangnya ada lima kebahagiaan yang tidak didapatkan orang yang tidak menulis.
“Pertama, ketika ide berhasil dituangkan dalam tulisan maka ada perasaan lega atau plong. Kedua, ketika kita kirim ke media dan dimuat maka senang. Ketiga, ketika tulisan kita dibaca orang maka senang,” ungkapnya.
Keempat, lanjutnya, ketika tulisan kita menjadi rujukan maka sangat senang. Pak Nur sering mendapatkan kebaikan karena tulisannya jadi rujukan. Buku-buku Pak Nur terbit setiap Ramadhan.
“Tetapi di tengah-tengah Ramadhan ada yang telpon dan bertanya kapan buku baru diterbitkan. Ini karena buku yang lama sudah habis. Habis untuk materi ceramah di cabang dan ranting Muhammadiyah dan sudah selesai,” kisahnya.
“Jadi buku saya terutama dijadikan bahan ceramah oleh para mubaligh. Ini karena ilmu kita bermanfaat jadi senang. Kalau dia ceramah dengan tulisan saya kan dapat pahala juga. Ini namanya royalti pahala,” tambahnya.
Dulu Menulis karena Kepepet
Kelima, sambung Pak Nur, gembira ketika menerima uang honorarium. Kecuali PWMU.CO lho ya. Allah akan berikan rezeki dari sumber lain.
“Saya merasa sebagian hidup saya dicukupi dengan menulis ketika keadaan kepepet. Saya adalah anak tertua dari 10 bersaudara. Ayah saya sudah tua sehingga harus menanggung sekian saudara,” ucap Pak Nur mengawali kisah nyatanya.
Nur Cholis Huda merasa tidak punya kemampuan apa-apa kecuali menulis. Dia guru SD dan gajinya tidak seberapa. Karena kepepet dia menulis di Kompas, termasuk di Surabaya Post tempatnya Ketua LIK Sugeng Purwanto.
“Saya menulis terus ke berbagai media itu. Karena tidak mampu langganan koran, maka saya bersahabat dengan dengan penjual koran. Kalau sore saya lihat apa tulisan saya sudah dimuat Surabaya Post. Ketika sudah dimuat maka besok ke kantornya untuk ambil honor. Begitu juga dengan di Kompas,” jelasnya.
Maka, bagi Pak Nur, tiap bulan harus ada tulisan-tulisannya yang dimuat di koran. Terutama yang ditunggu di Surabaya Post dan Kompas karena honornya utuh dan besar.
“Jadi memang karena kepepet. Setelah adik saya jadi orang semua, maka tidak kepepet lagi. Saya sendiri berkecukupan jadi tidak kepepet juga dan akhirnya tidak menulis lagi. Itulah jeleknya. Alhamdulillah sekarang terus menulis buku dan kolom di PWMU.CO dan Matan,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.