PWMU.CO– IPM MBS Trenggalek periode 2022-2023 dilantik bertempat di Aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Sabtu (10/9/2022).
Acara dihadiri oleh Ketua Majelis Dikdasmen PDM Trenggalek, Imam Nur Khozin MPdI, Wakil Direktur Bidang Kurikulum, Mujiarto MPdI, dan seluruh ustadz dan ustadzah Muhammadiyah Boarding School (MBS) Trenggalek.
Sebanyak 28 siswa terdiri 14 siswa dan 14 siswi menjadi Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tahun ajaran 2022/2023. Mereka dilantik oleh Anis Rohmawati dari Pimpinan Daerah (PD) IPM Kabupaten Trenggalek.
Ketua PD IPM Kabupaten Trenggalek, Astiti Amalia, menyampaikan harapan untuk pimpinan baru PR IPM MBS Trenggalek untuk membawa Ikatan Pelajar Muhammadiyah Trenggalek menjadi lebih baik lagi.
”Kalian sebagai pimpinan, harus memiliki sikap, tindak tanduk yang baik untuk teman-teman semuanya,” jelasnya.
Sebagai pimpinan baru wajib menjadi penengah ketika ada masalah dan meluruskan ketika ada teman yang berbuat salah. Juga menjalankan program kerja IPM.
”Kami memohon kepada ustadz dan ustadzah membimbing ipmawan dan ipmawati yang baru dalam menjalankan dan merealisasikan berbagai program kerja yang dimiliki,” ujarnya. ”IPM MBS Trenggalek bisa menjadi poros bagi teman-teman IPM se-Kabupaten Trenggalek,” tuturnya.
Pesan Wakil Direktur
Wakil Direktur Bidang Kurikulum MBS Trenggalek, Mujiarto,dalam sambutannya berpesan menjadi pemimpin itu tidakmudah. Pemimpin itu orang yang terpilih dari orang-orang pilihan.
”Orang-orang pilihan itu tentu telah mengikuti dinamika dalam proses pembelajaran. Tetapi orang yang terpilih itu, memang mereka yang dipilih untuk bisa menjadi pimpinan di ranting IPM,” tuturnya.
Maka, lanjutnya, gunakan itu untuk perjuangan menjalankan agama Islam. IPM adalah anak bungsu dari Muhammdiyah, artinya perkaderan dari Muhammdiyah berawal mulai dari IPM. Maka ketika siswa-siswi memilih menjadi pimpinan di IPM, kebanggaan harus ditanamkan ke dalam diri.
Dia menjelaskan, Rasulullah dulu juga didukung oleh pemuda yang mencintainya. Ali bin Abi Thalib masuk Islam pada usia 8 tahun, sedangkan Aisyah dinikahi Rasulullah itu juga usia 8 tahun. Di usia yang sangat belia itu, mereka sudah mempersiapkan diri untuk berjuang bersama Rasulullah.
Maka anak-anak muda harus berperan untuk mewarnai negara, bangsa dan juga persyarikatan Muhammadiyah. Menjadi tonggak perjuangan yang jiwa pemudanya adalah jiwa yang sangat produktif.
”Kita tidak hanya setor nama menjadi pimpinan ranting. Tetapi memang itu yang menjadi ladang perjuangan kita di persyarikatan Muhammadiyah,” tandasnya.
Penulis Candra Dwi Aprida Editor Sugeng Purwanto