Guru SD Mudisa Juara I MTQ Kabupaten Jember; Liputan Muhammad Fajar Al Amin, kontributor PWMU.CO Kabupaten Jember
PWMU.CO – Guru SD Muhammadiyah 1 (Mudisa) Jember, Jawa Timur, Muhammad Khotib Firdaus SPd meraih juara I Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Jember, Rabu (7/9/22).
“Alhamdulillah, rasanya bangga dan banyak syukur karena semuanya adalah karunia Allah,”ucap Pak Fir, sapaan akrabnya. Dia mengungkapkan perasaan seperti itu karena lomba tingkat kabupaten ini saingannya ketat.
Selain itu, dengan menjadi juara dia ingin memberi teladan untuk siswa maupun rekan kerjanya. “Jangan hanya siswa saja yang didorong untuk ikut bermacam-macam lomba.Gurunya juga harus memberikan contoh, entah nanti kalah atau menang yang penting ikut,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kunci dari keberhasilannya itu sesuai dengan kerja keras dalam latihansetiap hari. Dia mengaku latihan sambil mengajarkan siswa di kelas. “Jadi ya, latihan dihadapan para siswa sekaligus memberikan contoh cara melafalkan Quran dengan tilawah, karena ilmu tanpa amal is nothing,” ungkap dia.
Saat perlombaan tersebut dimulai sebenarnya guru tilawah ini merasa cemas dan pesimis, karena kondisi tubuhnya tidak fit.
“Awalnya, saya pesimis, karena suara agak serak karena batuk pilek. Tapi seperti biasa saya punya jurus andalan, mengunyah permen mint, untuk menghilangkan dahak di tenggorokan. Dan alhamdulillah berhasil,” kata dia.
Suka Membaca Al–Quran sejak Kecil
Pak Fir menjelaskan, keluarga dia termasuk akrab dengan al-Quran. Ayah dan ibunya adalah seorang qari’ dan qari’ah.
“Di dalam keluarga suasananya sudah qur’ani. Dulu ketika masih SD, saya ikut ekskul tilawah. Tapi saat itu ketika lomba jarang menang, saingannya berat-berat dan bagus-bagus,” ujarnya.
Dia mengaku pernah juara I lomba tingkat kecamatan. Tapi setelah itu susah meraih kemenangan lagi. “Namun, karena ini hobi, ya terus saja saya lakukan. Gak usah dilihat menang atau kalah,” imbuhnya.
Dia selalu ingat pesan kedua orangtuanya bahwa keberanian tampil di depan merupakan hal yang paling penting dibandingkan hasilnya. “Pesan itu mengalir dalam hati sampai saat ini,” ujarnya.
Jadi, sambungnya, ketika ada kesempatan perlombaan atau hanya sekadar untuk penampilan dia ikut saja. “Menang atau kalah itu saya serahkan pada Allah,” tutur dia.
Pak Fir menjelaskan, sampai saat ini ia selalu berdoa meskipun memiliki pengalaman tilawah sejak kecil. Itu dilakukannya agar saat melantunkan al-Quran tidak terjadi kesalahan.
“Dan dari doa itu akan mengurangi rasa mindernya. Karena terkadang saya juga masih merasa minder jika melihat peserta lomba yang lain memiliki suara yang bagus-bagus,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni