Cerita Baitul Arqam Dokter Muda UMSurabaya, begini serunya; Liputan M Ernam, kontributor PWMU.CO dari Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Baitul Arqam dokter muda yang digelar Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), menjadi yang pertama di Indonesia. Kegiatan berlangsung di Graha Umsida Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, mulai Jumat-Ahad (9-11/9/22).
Koordinator Camp Omah Tauhid UMSurabaya dr Tjatur Prijambodo mengatatakan, ada ketakutan yang dirasakan, saat awal menyusun materi Baitul Arqam dengan muatan lokal di Fakultas Kedokteran UMSurabaya. “Apakah itu hal yang mungkin dilaksanakan?” bebernya.
Pengalaman Baru
Dia pada akhirnya merasa lega, karena justru para dokter muda menemukan pengalaman baru dan merasa nyaman ketika mendapat materi ideologi Muhammadiyah. “Ada yang baru tahu tentang Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), atau tuntunan ibadah sesuai Rasulullah yang dituangkan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Alhamdulillah mereka merasa di jalur yang tepat berada di Muhammadiyah,” lanjutnya.
Dokter Tjatur juga menambahkan, 48 peserta yang mengikuti kegiatan Baitul Arqam merupakan dokter muda yang terseleksi, sehingga tinggal 47 orang. Anehnya saat pembentukan kelompok dengan menggunakan nama pahlawan atau tokoh nasional terdapat nama Gus Dur. Sementara nama Ahmad Dahlan tidak ada.
“Jangan salah, Gus Dur itu orang Muhammadiyah yang dititipkan di NU. Di Muhammadiyah tidak ada kultus, bahkan kalau ketua umum datang semua bersikap biasa saja. Ini seperti yang diperjuangkan Gus Dur, tak ada kultus,” tutur anggota Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Dokter Tjatur mengingatkan pada seluruh peserta, agar tetap menjaga komitmen. Apapun kondisi yang terjadi tetap kembali kepada tanggungjawab dan tidak boleh mengabaikan. Seperti saat begadang, bernyanyi sampai larut pagi, tetap harus menjaga kesepakatan shalat tahajud. “Semua enjoy dan menikmati. Namun semua tetap menjaga keharusan sebagai seorang dokter,” tegasnya.
Boleh bahagia dan bergembira tapi tetap kembali kepada kewajiban sebagai dokter. Juga tetap rendah hati, tidak sombong, apalagi takabur dan congkak. “Tetap membumi, ikhlas, tidak sombong, dan selalu menjaga Muhammadiyah, serta tetap menjaga keilmuan,” pesannya.
Selain materi ideologi dan keprofesian, para dokter muda juga mendapat pembinaan spiritual. Menjadi imam saat shalat fardhu, juga mengikuti kegiatan shalat lail, kultum, dan kajian fathul qulub. “Ini menjadi pengalaman berharga bagi dokter muda, karena mereka belajar menjadi imam bagi teman-temannya, memberikan kultum, bahkan menjadi imam shalat lail,” jelasnya.
Memilih Durian
Selain sentuhan spiritual, para dokter muda juga tampil dalam malam keakraban. Berbagai atraksi dilakukan seperti impersonity, puisi, nyanyi, puisi bersambut, dan tari. “Justru yang membuat heboh karena hadiahnya boleh memilih durian. Mereka sangat antusias dengan hadiah tak biasa ini,” paparnya.
Guyonan mewarnai para dokter muda di setiap kegiatan. Bahkan ketika senam dan outbond selalu diwarnai dengan berbagai canda tawa. Mereka tampak telah menemukan chemistry , sesama angkatan pertama Fakultas Kedokteran UMSurabaya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.